Jumat, 29 Januari 2016

Perjalanan Ke Gunung Semeru dari Bandung


 PERJALANAN TIM NATURE KE GUNUNG SEMERU
Sebenarnya rencana kita adalah mendaki gunung Rinjani yang berada di Pulau Lombok. Bahkan kita sudah merencanakan dari beberapa minggu sebelumnya untuk mendaki gunung tertinggi ke 3 di Indonesia itu. Namun setelah menghubungi pihak dari Taman Nasional, ternyata pendakian ke Gunung Rinjani hanya diperbolehkan hingga ke Plawangan Sembalun/Senaru. Karena ongkos ke Lombok memakan biaya yang lumayan besar  kita memutuskan untuk membatalkan perjalanan ke Gunung Rinjani karena akan sangat disayangkan bila pergi ke sana hanya sampai Plawangan Sembalun/Senaru. Karena kita sangat ingin pergi mendaki aku pun memberikan ide untuk mendaki Gunung Semeru saja. Aku mengusulkan kepada teman-teman untuk pergi saat pergantian tahun namun dikarenakan ada beberapa teman yang mempunyai agenda lain pada malam pergantian tahun aku mengusulkan untuk pergi pada tanggal 23 Desember 2015. Kami pun berkumpul kembali untuk membahas perjalanan ke Semeru. Sebelum berkumpul dengan teman-teman aku bertanya mengenai SIMAKSI kepada teman SMA-ku yaitu Eko. Eko telah mendaki Gunung Semeru pada bulan November lalu. Pada saat Eko mendaki bulan November dia melakukan pendaftaran secara offline (langsung di pos Ranupani). Dan Eko pun memberikan nomor telepon Mas Kentung pemilik jeep yang mengantarnya ke Ranupani dan nomor Mas Teguh pemilik angkot yang mengantarnya dari stasiun ke Tumpang. Menurut Eko banyak sekali hal yang harus dipersiapkan untuk mendaki Gunung Semeru salah satunya adalah surat keterangan sehat. Semua pendaki yang akan mendaki Gunung Semeru harus membawa surat keterangan sehat bila tidak membawa tidak akan diperbolehkan untuk mendaki. Sebelumnya aku berencana untuk melakukan SIMAKSI online, namun untuk pendakian tanggal 24-27 Desember kuota sudah habis. Dan pada saat berkumpul bersama rekan-rekanku aku pun melepon Mas Kentung namun teleponnya sedang tidak aktif dan aku menelepon Mas Teguh dan diangkat. Menurut Mas Teguh untuk pendakian tanggal 25 masih ada kuota. Aku sangat bersyukur karena bisa melakukan pendakian ke Mahameru. Namun ada hal lain yang membuat kami bingung yaitu transportasi dari Bandung ke Malang. Semua tiket kereta api dari kelas ekonomi hingga eksekutif telah habis baik menuju Malang, Surabaya, Jombang dan kota-kota di Jawa Tengah pun habis maklum sedang libur panjang. Mungkin orang-orang Indonesia sedang butuh piknik. Kami pun berniat untuk naik bis langsung ke Malang namun ternyata bis juga penuh. Karena tekad kami terlalu kuat untuk mendaki Gunung Semeru kami pun nekad untuk pergi meskipun belum ada transportasi pasti menuju Malang. Sebelumnya kami berencana untuk pergi ber-7. Aku, Eng, Cacan, Aris dan Djoko pergi dari Bandung, sedangkan Dudu dan Dinny dari Kediri karena mereka sedang les bahasa Inggris disana. Namun karena tidak mendapatkan ijin Dudu dan Dinny tidak jadi ikut mendaki. Dan akhirnya kami ber 5 lah yang akan mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut.
23 Desember 2015
Kami janjian pukul 15.00 di rumah Eng karena letak rumah Eng tidak jauh dari terminal. Kami berdiskusi mengenai transportasi, dan kami pun sepakat untuk naik bis ke Purwokerto dan dari Purwokerto naik bis jurusan Malang. Setelah berkemas, kami pun pergi ke terminal pada pukul 16.45. Dan pada pukul 17.00 kami tiba di terminal. Tak disangka di terminal banyak sekali penumpang yang sepertinya akan berlibur atau mudik ke daerah asalnya. Sebelumnya kami pernah melakukan perjalanan ke Prau dan menaiki bis jurusan Wonosobo. Bis tersebut biasanya pergi pukul 19.00. Ketika kami menanyakan kepada penjual tiket bis ternyata tiket bis tersebut hingga esok hari telah habis. Namun kami tidak kehilangan harapan, kami selalu mencari ke semua kernet bis masih adakah bangku yang kosong. Namun semua bis menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur penuh. Akupun sudah kehilangan harapan. Namun secercah cahaya datang dari ufuk timur hehe. Tiba-tiba datang bis jurusan Purwokerto. Bis tersebut bis AC Ekonomi yang body nya sudah tidak mulus lagi dan tempat duduk nya pun sudah lumayan jelek. Aku lupa nama bis itu tapi bis itu serupa dengn bis Aladin. Tanpa berfikir panjang aku pun langsung menaiki bis tersebut dan menduduki kursi  dan menempatkan tas untuk temanku yang lain. Dalam hitungan menit bis tersebut langsung penuh bahkan ada penumpang yang tidak kebagian tempat duduk memutuskan untuk duduk di dekat supir. Namanya juga bis ekonomi, meskipun sudah penuh bis tersebut masih menaikkan penumpang sehingga banyak penumpang yang harus berdiri. Sebenarnya aku dan teman-temanku ingin gantian berdiri dengan penumpang yang berdiri karena kasihan mereka harus berdiri hingga 8-9 jam perjalanan. Namun kami menurungkan niat tersebut karena kami akan melakukan trekking yang panjang, sehingga membutuhkan energi untuk trekking. Bis tersebut meninggalkan terminal Cicaheum pukul 18.15. Ongkos bis butut tersebut sangatlah mahal yaitu 80 ribu padahal bis Sinar Jaya saja yang kondisi nya sangat bagus hanya 70 ribu. Mungkin kernet tersebut ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan pikirku. Bis kami berhenti di tempat peristirahatan di Kota Ciamis. Kami pun melaksanakan solat Isya dan Magrib di tempat istirahat tersebut.
24 Desember 2015
Akhirnya bis tersebut tiba di Terminal Purwokerto pukul 02.30 pagi. Kami pun diam di terminal menunggu waktu subuh dan menunggu tempat penjualan tiket dibuka. Terminal Purwokerto bukan terminal yang asing dimata kami karena kami pernah singgah di terminal tersebut ketika pulang dari pendakian dari Gunung Slamet. Menurut tukang ojeg yang ada di Stasiun bis menuju Malang hanya ada pada sore hari sedangkan pada pagi hari hanya ada bis tujuan Surabaya. Kami pun sepakat untuk naik bis ke Surabaya dan dari Surabaya langsung ke Malang. Karena lapar aku pun memesan mie di warung yang ada di sekitar terminal. dan setelah adzan subuh berkumandang kami pun solat subuh di Masjid Terminal secara bergantian karena harus menjaga barang bawaan kami yang kami simpan di dekat warung ibu tempat aku membeli mie. Usai solat kami sarapan di warung ibu tempat aku membeli mie. Harga makanan di warung ibu tersebut tergolong murah. Aku hanya mengeluarkan uang 5 ribu saja untuk satu piring nasi dan 2 jenis sayuran. Setelah sarapan aku dan Eng bergegas untuk pergi ke tempat penjualan tiket. Tak disangka tempat penjualan tiket sudah penuh dengan antrian. Petugas penjualan tiket menanyakan tujuanku. Aku mengatakan tujuan kami adalah Malang. Menurut petugas penjualan tiket kami turun di Kertosono karena jika turun di Surabaya akan lebih makan waktu 2-3 jam lebih lama. Ongkos dari Purwokerto ke Kertosono Kediri adalah 145 ribu namun karena bis tersebut memberikan layanan makan jadi ongkos ditambah 10 ribu menjadi 155 ribu. Sedangkan ongkos ke Surabaya adalah 175 ribu. Bis tersebut pergi dari Stasiun Purwokerto pukul 06.30 pagi. Ketika akan menaiki bis tersebut sang kernet bis menanyakan tujuan kami, menurut kernet bis sebaiknya kita turun di Surabaya saja karena di Surabaya banyak angkutan menuju Malang. Namun kami memutuskan untuk turun di Kertosono saja. Sepanjang perjalan kami habiskan untuk tidur, namun kami tidak tidur terus sesekali kami menikmati pemandangan kota-kota yang kami lalui.  Bis tersebut sangat nyaman sekali, terdapat televisi dan stop kontak. Tempat duduknya sangan nyaman dan ergonomi. Berbeda sekali dengan bis yang kita naiki dari Bandung ke Purwokerto. Di perjalanan Mas Teguh menghubungi kami menurut Mas Teguh kami sebaiknya turun ke Surabaya saja karena lebih mudah transoptasi menuju Malang dari Surabaya dibanding dari Kertosono. Aku sedikit menyesal karena sudah ngeyel turun di Kertosono, tidak menuruti apa kata kernet bis sebelumnya. Hingga siang hari bis belum juga istirahat padahal kami sudah sangat lapar. Di tiket tertulis bahwa istirahat makan di Caruban. Tapi kami tidak tahu dimana Caruban. Pada pukul 16.45 bis menepi ke sebuah Rumah Makan. Alhamdulilah akhirnya makan juga. Sebelum makan kami melaksanakan solat dzuhur dan ashar (di jamak). Makanan yang disediakan sangat beragam. Dan kamipun bebas mengambil makanan sendiri. Karena terlampau lapar kami mengambil makanan yang memenuhi piring dan tak ada ruang tersisa di piring kami. Semua penuh dengan makanan hehe. Maklum kami belum makan siang. Setelah istirahat, sholat dan makan kami pun melanjutkan perjalanan. Tak lama dari tempat kami istirahat perjalanan terhambat karena macet yang sangat panjang. Supir bis yang kami tumpangi sangat jago. Dia selalu mengebut saat perjalanan tetapi mengebut secara halus dan tidak ugal-ugalan. Dia melipir ke kiri jalan bebatuan yang membuat kami merasa seperti menaiki mobil off road 4x4 hehe. Ketika sudah dekat kernet bis menanyakan lagi kepada kami apakah kami akan turun di Kertosono atau Surabaya. Kami pun menjawab untuk turun di Surabaya. Dan kami harus membayar lagi ongkos ke Surabaya 37 ribu padahal jika kami pesan ke Surabaya kami perlu membayar 175 ribu hanya selisih 20 ribu, kami jadi rugi 17 ribu deh. Kami sangat senang dan puas naik bis tersebut karena bis tersebut full music. Musik yang diputar mulai dari musik daerah (lagu Jawa), dangdut serta pop. Aku dan teman-temanku serta penumpang yang lain pun terkadang ikut bernyanyi. Apalagi ketika lagu-lagu Ada Band dan Armada diputar aku selalu bernyanyi pada setiap lagu hehe. Sampai-sampai aku dan Aris hafal satu lagu dangdut yang baru kami dengar karena lagu tersebut terlalu sering diputar dan selalu terngiang-ngiang di telingan kami. Judul lagu tersebut yaitu Gajah Kupu-Kupu hehe. Pukul 21.30 kami tiba di Terminal Surabaya. Ternyata bis menuju Malang tidak ada ketika kami tiba di terminal. Kami pun memutuskan untuk solat terlebih dahulu. Ternyata setelah kami sholat ada bis menuju Malang. Kamipun menaiki bis itu. Bis tersebut berangkat pukul 22.45. ongkos dari Surabaya ke Malang yaitu 25 ribu. Jadi total ongkos kami dari Bandung menuju Malang yaitu 272 ribu. Ongkos tersebut lebih murah dibanding dengan ongkos bis Kramat Djati dari Bandung menuju Malang langsung.
25 Desember 2015
Pukul 01.00 kami tiba di terminal Arjasari Malang. Kami tidak turun di terminal dan turun di depan pom bensin dekat terminal karena Mas Teguh menjemput kami disana. Setelah bertemu Mas Teguh kami diajak Mas Teguh untuk ke Stasiun Malang, siapa tau ada pendaki lain menuju Tumpang sehingga ongkos bisa lebih murah. Setelah tiba di Stasiun Malang kami pun ngopi di warung dekat stasiun. Disana terdapat beberapa warung yang terdapat tempat duduk lesehan. Pukul 01.50 Mas Teguh mengajak kami langsung ke rumah Mas Kentung karena menurut Mas Kentung sudah ada beberapa rombongan pendaki yang akan naik jeep bareng kelompok kami. Pukul 02.30 kami tiba di rumah Mas Kentung. Dan kami pun bertemu dengan rombongan lain yang akan gabung untuk naik jeep. Ongkos angkot dari terminal ke rumah Mas Kentung yaitu 130 ribu. Karena kami berlina ongkos tersebut kami bagi lima sehingga per orang membayar 26 ribu. Di rumah Mas Kentung terdapat 4 kelompok pendaki. Kelompok pertama berasal dari Bekasi namun kampung mereka berada di daerah Kebumen dan Cilacap. Mereka berjumlah 3 orang yaitu Mas Dani, Mas Rudi dan Mas Hafid. Sedangkan kelompok kedua berasal dari Tangerang. Mereka berjumlah 2 orang yaitu Bang Arief dan Bang Idrus. Kelompok ketiga berasal dari Jakarta yaitu Bang Bibit dan Bang Ridho. Terdapat 1 orang lagi yang berasal dari Jakarta yaitu Bang Rudi Buluk dia sendiri dan berencana untuk mendaki hingga Ranu Kumbolo saja. Kelompok kami dan kelompok Jakarta berencana untuk naik hari ini dan turun tanggal 28 Desember 2015. Kelompok Bekasi pun mengikuti. Sedangkan Bang Buluk berencana pulang tanggal 26 Desember karena hanya sampai Ranu Kumbolo saja. Kelompok Tangerang masih bingung karena mereka belum mendapatkan tiket pulang dan salah satu dari mereka harus sudah kerja pada hari Senin. Dan akhirnya mereka mengikuti semua kelompok untuk turun pada tangga 28 karena akhirnya mereka mendapatkan tiket pesawat ke Soekarno Hatta pukul 22.00. Akhirnya kami pun menjadi 1 kelompok besar. Bang Ridho, Bang Bibit, Eng dan Bang Buluk sebelumnya pernah mendaki Gunung Semeru. Namun karena kelompok kami (mereka bilang kelompok Bandung) paling banyak anggotanya jadi Eng yang menjadi ketua kelompok. Setelah mengisi formulir SIMAKSI kami melaksanakan solat subuh. Karena aku belum mandi aku mandi terlebih dahulu di rumah Mas Kentung. Mungkin mereka menganggap aku wanita yang selalu harus mandi padahal aku mandi karena badan sudah merasa lengket setelah perjalanan panjang Bandung-Malang. Sedangkan kesemua pria tersebut tidak ada yang mandi. Setelah semua beres solat kami pun berbelanjan kebutuhan logistik ke Pasar Tumpang. Karena surat keterangan sehat milikku, Eng dan Djoko tidak terbawa kamipun melakukan pemeriksaan kesehatan lagi di sebuah klinik. Kami pergi ke pasar Tumpang diantar oleh adik Mas Kentung menggunakan jeep. Kami pun berbelanja kebutuhan logistik di pasar Tumpang dan Alfmart karena Indomaret kebetulan belum buka. Setelah berbelanja kebutuhan logistik dan pemeriksaan kesehatan kami pun kembali ke rumah Mas Kentung. Di padar Tumpang kami membeli sarapan. Setelah beres-beres kami pun bergegas pergi ke desa Ranu Pani. Sebelumnya kami pun berfoto-foto terlebih dahulu di depan jeep. Karena aku perempuan sendiri aku duduk di depan jeep ditemani Bang Buluk. Kami pun mengobrol. Ternyata Bang Buluk bekerja di Kedutaan Korea. Dia tidak terlalu suka dengan orang Korea. Dia pernah ditawari tinggal di Korea tetapi dia tidak mau. Sangat berbanding terbalik denganku yang menyukai Korea (efek nonton Drama Korea) dan ingin sekali ke Korea hehe. Dan teman-teman yang naik di belakang jeep juga terdengar mengobrol dan tertawa-tawa. Ketika tiba di dekat Gunung Bromo kami berfoto terlebih dahulu. Saat itu Bromo sedang erupsi sehingga sangat terlihat jelas awan hitam yang membumbung tinggi diatas Gunung Bromo. Akses ke Bromo telah ditutup. Di situ juga terlihat Puncak Mahameru yang sangat terlihat gagah. Setelah puas berfoto kami melanjutkan perjalanan ke desa Ranu Pani. Setelah tiba di desa Ranu Pani kami harus mengikuti briefing bersama pendaki lain. Briefing dipimpin oleh SAVER (Semeru Volunteer). Di briefing tersebut kami dijelaskan tentang jalur-jalur yang akan dilalui ketika mendaki Gunung Semeru. Selain itu juga SAVER menjelaskan bahwa di Gunung Semeru masih banyak terdapat Pantera Pardus. SAVER juga menjelaskan hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan saat pendakian seperti mandi/BAB/BAK/cuci muka menggunakan sabun, menyikat gigi di danau Ranukumbolo karena hal tersebut bisa mencemari air danau tersebut. Selain itu juga kita tidak boleh berdiam terlalu lama di daerah pohon yang ada kain putihnya. Sebenarnya pendakian hanya diperbolehkan hingga kalimati. Namun SAVER juga akhirnya memberikan tips untuk naik ke puncak Mahameru yang berupa pasir yaitu melangkah dengan cara zigzag. Dan SAVER juga meningatkan kepada kita untuk tetap pada jalur yang benar jangan sampai salah jalur dan melewati jalun Blank 45. Blank 45 merupakan jalur yang hampir semua jalurnya berupa jurang yang mempunyai tingkat kemiringan berbeda-beda. SAVER juga mengingatkan kita untuk tetap waspada terhadap batu yang jatuh. SAVER juga memeriksa barang bawaan kita seperti sleeping bag dan tenda. Semua pendaki yang akan mendaki diwajibkan untuk membawa sleeping bag. Dan semua SIMAKSI diperiksa. Setelah briefing kami pun membayar biaya pendakian. Harga 1 hari pendakian bila weekday 17.500 sedangkan bila weekend 22.500. Saat kami mendaki kami masuk ke dalam 2 hari weekday dan 2 hari weekend jadi biaya yang kami bayarkan untuk 4 hari pendakian yaitu 80.000/orang. Wow kan ? Padahal pertama kali aku naik gunung ke Papandayan pada tahun 2008 aku hanya membayar 5.000 untuk 2 hari pendakian. Setelah melakukan pembayaran beberapa diantara kami membeli bakso dan gorengan. Pukul 11.00 kami mulai trekking. Terdapat 4 pos pada perjalanan dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo. Jalur menuju pos 1 termasuk landai. Dan terdapat jalur yang telah di paving block. Di pos 1 terdapat bedeng. Di dalam bedeng tersebut terdapat 2 pedagang yang berjualan air mineral, semangka dan gorengan. Karena semangka begitu menggoda aku dan teman-teman pun membelinya. Lumayan melepas dahaga. Setelah beristirahat sekitar 15 menit kami pun melanjutkan perjalanan ke pos 2. Perjalanan masih tetap sama seperti perjalanan dari pos ranu pani ke pos 1. Jalur masih landai dan hanya terdapat beberapa tanjakan kecil. Di pos 2 juga sama seperti pos 1 terdapat bedeng dan terdapat orang yang berjualan. Perjalanan menuju pos 3 juga masih sama dengan perjalanan ke pos 1 maupun pos 2. Di pos 3 juga terdapat bedeng yang digunakan untuk beristirahat dan berjualan. Sedangkan perjalanan ke pos 3 menuju pos 4 diawali dengan tanjakan yang lumayan. Namun setelah melewati tanjakan yang kira-kira panjangnya 200 m trek yang dilalui berupa turunan. Kondisi saat itu sedang gerimis jadi jalan lumayan licin sehingga kami harus berhati-hati karena masih terdapat jalan yang tanahnya terkikis sehingga jalannya menjadi sempit dan pinggirnya berupa jurang. Di pos 4 juga terdapat bedeng, namun saat itu d pos 4 tidak ada yang berjualan. Di pos 4 sudah terlihat jelas pemandangan surga-Nya Gunung Semeru yaitu Danau Ranukumbolo. Namun karena cuaca sedang gerimis pemandangan Ranukumbolo tertutup sedikit kabut. Dari pos 4 trek menuju camp Ranukumbolo berupa turunan. Kami tiba di camping ground Ranukumbolo pukul 14.55. jadi perjalanan yang kami tempuh dari Ranu Pani ke Ranukumbolo sekitar 4 jam. Di camping ground Ranukumbolo kami tidak boleh mendirikan tenda di dekat danau. Jarak mendirikan tenda adalah 10-15 meter dari bibir danau. Kami pun membangun tenda masing-masing. Tenda yang kami bangun ada 4 buah kami buat berhadap-hadapan membentuk kotak. Setelah membangun tenda aku pun melaksanakan solat dzuhur. Tak lama sudah masuk waktu ashar dan sekalian aku sholat ashar. Setelah tenda selesai dibangun kami pun beres-beres tas dan tenda dalam untuk tidur nanti. Kami pun menikmati pemandangan Ranukumbolo yang memang sangat indah dan tak bosan untuk di pandang. Air di Ranukumbolo sangatlah dingin sore hari itu. Pukul 17.30 aku dan temanku memasak sayur sawi, nasi, tempe goreng dan mie. Pukul 18.30 kami makan malam. Kami tidak makan malam bersama kelompok lain karena cuaca sangat dingin di luar sehingga kami memutuskan untuk makan di tenda masing-masing. Setelah makan kami pun sholat bergantian di tenda. Kami tidakk melaksanakan sholat di luar tenda karena udara cukup dingin. Karena tidak bisa tidur kami pun bercanda terus. Pukul 22.00 kami sepakat untuk mematikan headlamp yang kami gunakan sebagai penerangan di tenda agar kami tidur.
26 Desember 2015
Aku dibangunkan oleh Cacan sekitar pukul 12.30. Menurut Cacan aku telah dibangunkannya 4x namun baru bangun setelah panggilannya yang ke 4, maklum mungkin aku lelah. Cacan mengeluh sakit badan sehingga belum bisa tidur. Lalu aku memberinya obat nyeri badan. Tak lama Cacan pun tertidur. Sekitar pukul 3 pagi aku terbangun karena suara berisik dari tenda sebelah. Mereka bernyanyi-nyanyi hingga subuh. Terdengar mereka menyanyikan lagu ulang tahun. Duh sangat berisik membuatku tidak bisa tidur lagi dengan pulas. Aku terbangun pukul 5 pagi dan ternyata sudah terang. Aku pun langsung ambil wudhu di danau. Airnya dingin sekali, sungguh ! Di Ranukumbolo saja udara pagi sudah sangat dingin apalagi di Puncak Mahameru pikirku. Pukul 06.30 aku mulai memasak nasi, tempe goreng, dan mie goreng. Bukan mie goreng instant loh. Setelah beres memasak makanan yang telah kami masak kami hidangkan di luar. Di luar sudah terdapat beberapa masakan dari kelompok mas-mas dan abang-abang Jakarta, Bekasi dan Tangerang. Kami pun makan bersama-sama secara melingkar. Menu yang paling diminati adalah masakan buatan Bang Ridho dan Bang Bibit yaitu sayuran kacang panjang dan kangkung yang telah dibumbui oleh bumbu kacang. Sungguh nikmat sekali makan seperti itu. Setelah makan kami foto-foto di sekitar danau Ranukumbolo. Aku dan Cacan lah yang kebagian mencuci piring. Mentang-mentang aku wanita harus aku yang cuci piring. Sebal ! Setelah puas foto-foto kami pun beres-beres untuk melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Setelah membereskan barang-barang pribadi dan tenda ke dalam carrier kami pun mulai melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Trek yang harus kita tempuh dari Ranukumbolo ke Kalimati lumayan panjang. Pukul 10.45 setelah kami berdoa bersama kami meninggalkan Ranukumbolo. Saat melewati tanjakan cinta banyak yang tidak mau menengok ke belakang. Mungkin mereka masih percaya mitos yang ada di adegan film fenomenal karya Donny Dirgantoro hehe. Namuun aku sih tidak terlalu percaya pada mitos tersebut. Kalo sudah jodoh ya pasti bertemu seperti apa kata Afghan. Jadi aku sering sekali menengok ke belakang melihat pemandangan Ranukumbolo yang sangat indah dipandang di tanjakan cinta. Tanjakan cinta ini memang membuat nafas terengah-engah aku pun sering berhenti untuk mengambil nafas panjang. Setelah tanjakan cinta jalur yang kami lewati adalah turunan. Setelah tiba di oro-oro ombo jalurnya menjadi datar. Sayang sekali pemandangan di oro-oro ombo hanya ilalang dan rumput tinggi saja karena bunga verbenda yang mirip lavender sedang tidak mekar/tumbuh. Setelah melewati oro-oro ombo kami tiba di Cemoro Kandang. Keadaan di Cemoro Kandang sangatlah sejuk. Kita pun beristirahat di bawah pohon. Sungguh sangat rindang sekali ! Disana juga terdapat 2 orang penjual air mineral, semangka dan gorengan. Setelah puas beristirahat kami melanjutkan perjalanan ke Jambangan. Trek yang dilalui adalah tanjakan. Jalur yang kita lalui berupa hutan yang terdapat pohon-pohon besar. Setelah jalan yang menanjak terus akhirnya jalanan datar juga dan kami tiba di pos Jambangan. Karena jalan menanjak kami terpisah menjadi beberapa kelompok. Eng dan Cacan berada di depan dan aku di belakang mereka. Namun karena mereka cepat aku tidak mampu untuk menyusul mereka sehingga aku menunggu temanku yang dibelakang. Di Jambangan hanya terdapat Cacan sedangkan Eng tidak ada. Menurut Cacan, Eng tidak pernah istirahat sehingga ia tertinggal karena ia beristirahat beberapa kali ketika menuju Jambangan. Di Jambangan terlihat puncak Mahameru yang begitu gagah. Di Jampangan juga sudah terdapat pasir dan bungan Edelweiss. Terdapat papan kayu yang bertuliskan Pos Jambangan. Kami pun berfoto bersama di Pos Jambangan. Setelah puas berfoto kami melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Medan yang dilalui yaitu berupa turunan. Tak lama kami tiba di Kalimati dan bertemu dengan Eng. Ternyata dia sudah 1 jam berada disana. Dia tiba di Kalimati pukul 12.45. Cepat sekali dia ! Kita tiba di Kalimati pukul 14.15. Akhirnya kita memutuskan untuk mendirikan tenda di camping ground Kalimati yang dekat dengan jalan  menuju puncak. Namun disana masih terdapat banyak tenda yang pemiliknya sedang beres-beres untuk meninggalkan Kalimati. Kami pun menunggu mereka pergi karena kami akan menempati tempat mereka saat ini. Ketika menunggu kami pun solat duhur bergantian. Sekitar pukul 15.00 mereka pergi dan kami pun mendirikan tenda di tempat mereka mendirikan tenda sebelumnya. Sebagian dari kami ada yang mengambil air di Sumber Mani. Jarak dari Kalimati ke Sumber Mani adalah 1 km. Pukul 15.30 kami pun melaksanakan sholat ashar bergantian. Setelah mereka mengambil air kami pun mulai masak. Karena kemarin aku sudah masak sekarang giliran Eng yang masak. Aku dan Cacan bagian memotong-motong sayur dan bahan-bahan masakan lain. Menu sore itu kami buat lebih banyak karbohidrat dan protein karena energi yang akan digunakan untuk menuju Mahameru pasti sangatlah besar. Eng memasak nasi, sarden, sayur sawi, tempe dan mie instan. Ternyata nasi buatan Eng seperti nasi yang dibuat di rumah tidak ada keraknya sedikitpun. Ternyata dia jago juga dalam hal memasak. Setelah semua masakan matang kami pun makan bersama-sama di dalam tenda karena kondisi di luar sangatlah dingin. Tak seperti biasanya masakan kali ini habis tak bersisa. Setelah makan kami pun solat secara bergantian di tenda. Setelah semuanya solat sekitar pukul 19.30 kami pun sudah siap-siap untuk tidur. Sebelum tidur aku, Cacan dan Aris meminum obat nyeri badan. Tapi kami belum bisa tidur karena belum mengantuk padahal pukul 10 malam nanti kami sudah harus bersiap-siap untuk summit attack. Kira-kira pukul 20.00 kami pun tidur. Pukul 22.00 sudah terdengar suara pendaki lain yang siap-siap menuju puncak. Kami pun terbangun dan mulai bersiap-siap menuju puncak. Aku pun meminum multivitamin agar lebih bertenaga saat di perjalanan menuju puncak dan aku pun selalu mengoleskan minyak aromaterapi pada bagian paha dan betis setiap akan melanjutkan perjalanan. Lumayan mengurangi rasa pegal. Rombongan kami hanya membawa 1 tas berisi makanan ringan dan air mineral. Sekitar pukul 22.45 kami pun berkumpul bersama dan berdoa agar diberi kelancaran dalam perjalanan. Pukul 23.00 kami mulai perjalanan ke puncak. Ternyata ada rombongan dari Surabaya yang ikut kelompok kami. Perjalanan dipimpin oleh Bang Ridho dan Bang Bibit. Aku pun memilih berjalan di tengah-tengah agar terlindungi oleh semua pria di depan dan belakangku haha. Setelah berjalan kurang lebih 30 menit Bang Arief muntah. Aku pun membantunya membalurkan minyak hangat ke leher dan punggungnya. Setelah itu dia pun meminta untuk melanjutkan kembali perjalanan. Setelah berjalan kurang lebih 15 menit Bang Arief muntah untuk yang kedua kalinya. Dia pun meminum tolak angin dan tetap meminta melanjutkan perjalanan.
27 Desember 2015
Sekitar pukul 12 malam kami tiba di Arcopodo. Jalan di Arcopodo sudah mulai dengan pasir. Disana terdapat batu prasasti. Kami tidak tahu apa yang tertulis di batu atau sekitaran batu karena gelap. Setelah diberi intruksi oleh Bang Bibit dan Bang Ridho kami pun mulai memasuki jalur pasir. Sungguh berat melewati jalur pasir tersebut. Ternyata benar menurut beberapa senior yang telah mencicipi pasir Mahameru ketika kita berjalan 2 langkah 1 langkah merosot. Sedih sekali rasanya. Tapi aku pun mendoktrin otakku sendiri agar tetap semangat. Aku pun berfikir bahwa aku telah jauh-jauh melalui perjalanan Bandung-Malang, Ranupani hingga Kalimati itu untuk hari ini. Ya untuk menuju Mahameru. Di depan ku ada Eng dan Cacan. Namun aku pun tertinggal oleh mereka karena aku istirahat sedangkan mereka tidak. Aku pun sudah tidak kuat untuk mengejar mereka sehingga aku memutuskan untuk beristirahat di pinggir jalur dan menunggu rekan ku yang lain. Tak lama datang Bang Idrus dan Mas Rudi. Alhamdulilah akhirnya ada teman juga. Aku pun meminta minum karena tidak membawa air. Setelah istirahat kami pun melanjutkan perjalanan karena jika diam terlalu lama sangat lah dingin. Aku pun mulai disiplin dalan perjalanan. Setelah berjalan 7 menit aku beristirahat 2 menit. Begitu seterusnya. Kami pun disusul oleh Mas Dani. Di perjalanan pun sering kami dengar kata “Rock” atau “Batu” dari atas. Untungnya batu yang jatuh bukan batu besar. Aku pun harus tetap fokus. Karena Mas Dani dan Mas Rudi memutuskan untuk beristirahat lebih lama, aku dan Bang Idrus pun melanjutkan perjalanan berdua karena aku sudah tidak tahan dingin jika harus berdiam diri terlalu lama. Suhu saat itu mencapai -15 derajat celcius. Pantas saja ada butiran-butiran es di sarung tanganku. Tanganku pun hampir tak bisa merasakan apa-apa dan terasa baal. Padahal aku sudah menggunakan dua sarung tangan. Ketika sudah ¾ perjalanan aku pun mulai sangat lelah dan hampir menangis. Tapi aku tak mungkin menangis karena aku wanita kuat haha. Disitu aku pun beristirahat lumayan lama. Aku dan Bang Idrus pun mengobrol agar kita tidak mengantuk. Setiap istirahat aku pasti bertanya pada Bang Idrus berapa meter kita telah lewati. Ternya setiap berjalan 7-10 menit kita hanya naik 15-30 meter. Sedih sekali rasanya setelah jalan susah payah hanya 15 meter ketinggian yang dicapai. Jam milik Bang Idrus terdapat altimeter dan alat pengukur suhu. Setelah istirahat lumayan lama kami pun melanjutkan perjalanan ke puncak. Aku selalu melihat ke depan dan bayangan puncak masih belum terlihat. Aku pun mulai disiplin lagi dalam perjalanan. Jalan 7 menit istirahat 2 menit. Pukul 04.00 kami masih belum sampai puncak juga. Sekitar pukul 04.30 aku ingin beristirahat namun menurut Bang Idrus sebaiknya kita istirahat di batu besar yang ada di depan agar tidak terkena angin. Aku pun setuju. Teman-teman yang lain belum terlihat. Setelah tiba di batu besar tersebut ternyata banyak pendaki yang istirahat. Ternyata beberapa meter setelah batu tersebut adalah puncak. Beberapa pendaki memberitahu aku bahwa aku sudah tiba di puncak. Menurut mereka keadaan di puncak masih tertutup kabut sehingga mereka istirahat di belakang batu untuk menunggu matahari datang dan terhindar dari angin yang sangat kencang. Aku pun memanggil Eng dan Cacan. Ternyata mereka ada di depan. Cacan sedang duduk dan Eng sedang tertidur. Dan aku merupakan wanita pertama yang tiba di puncak pada hari itu. Senang sekali rasanya. Aku tiba di puncak pukul 04.40. sedangkan Eng tiba di puncak pukul 03.30 dan Cacan pukul 04.00. Setelah matahari muncul sedikit kami pun pergi ke puncak. Puncak Semeru lebih luas dari Puncak Slamet. Setalah tiba kami pun melaksanakan solat Subuh di Puncak. Alhamdulilah kami bisa sampai puncak dengan selamat. Pemandangan di bawah sangatlah indah namun sesekali pemandangan tertutup kabut. Sekitar pukul 05.15 Mas Dani, Mas Rudi dan Mas Hafid tiba di Puncak. Kami pun berfoto bersama. Namun hasil nya tidak terlalu bagus karena keadaan di puncak masih tertutup kabut. Sambil menunggu teman kami yang lain kami pun istirahat di puncak. Keadaan di puncak sungguh dingin. Suhu disana mencapai -17 derajat celcius. Ketika berada di puncak Gunung Slamet aku tidak menggigil tapi ketika disini aku menggigil. Baru pertama kalinya aku menggigil di puncak Gunung. Sebenarnya aku sudah tidak tahan dengan cuaca di puncak aku sudah ingin turun tapi karena menunggu rekan yang lain aku pun bertahan di puncak sedangkan Mas Dani dan Mas Hafid turun pukul 06.30. Sisa 5 orang di puncak yaitu aku, Cacan, Eng, Bang Idrus dan Mas Rudi. Kami pun sepakat untuk turun pukul 07.30. Aku penasaran mengapa Djoko dan Aris tidak tiba di Puncak. Aku fikir Aris keram. Pukul 07.00 ada seseorang yang datang aku fikir itu Bang Bibit karena cara berpakaian nya sama sekali dengan Bang Bibit dan dia membawa tracking pole Eiger yang sama dengan tracking pole milik Bang Bibit dan juga membawa kamera DSLR. Aku pun berteriak memanggilnya namu orang tersebut tidak menoleh terhadapku. Akhirnya Mas Rudi menghampiri orang tersebut dan ternyata orang tersebut bukanlah Bang Bibit. Ketika di puncak muncul wedus gembel. Kami pun secepat mungkin mengambil gambar kami ketika ada wedus gembel namun sayang wedus gembel tersebut cepat sekali tertutup kabut. Wedus gembel tersebut muncul 2 kali. Di puncak juga kami bisa melihat Gunung Bromo yang sedang Erupsi. Pukul 07.30 kami pun turun. Aku turun secara merosot karena takut terjatuh. Namun setelah jalan beberapa puluh meter aku pun melihat pendaki lain yang turun seperti orang sedang maik ski. Aku pun mencoba nya. Dan aku pun turun dengan cara seperti itu. Cara itu sangat mudah ternyata. Sekitar pukul 08.30 kami tiba di batas vegetasi. Wah ternyata jalan turun lebih cepat 4 kali lipat dibanding dengan naik. Ketika naik kami membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam menuju puncak. Tak disangka ternyata di batas vegetasi ada Djoko dan Aris. Aku pun mengomel kepada mereka mengapa mereka tidak ke puncak dan membuatku menunggu hingga menggigil di Puncak. Ternyata Bang Arief terserang hipotermi. Dan Djoko dan Aris pun melakukan pertolongan pertama dengan membungkus tubuh Bang Arief dengan alumunium foil. Banyak cara mengatasi hipotermi. Salah satunya adalah skin to skin. Menurut jurnal yang telah aku baca skin to skin merupakan cara cepat mengatasi hipotermi karena perpindahan suhu dari orang dengan suhu normal dengan orang yang mengalami hipotermi sangat cepat. Sehingga membuat suhu badan orang yang terkena hipotermi lebih cepat naik. Setelah mengantar Bang Arief ke tenda mereka pun mencoba kembali untuk ke puncak. Namun karena kondisi fisik dan keterbatasan logistik mereka hanya sampai ¾ puncak dan kembali turun ke bawah. Ketika istirahat aku membersihkan sarung tangan dan sepatu yang dipenuhi pasir. Maklum diantara kami tidak ada yang memakai geiter jadi pasir langsung masuk ke sepatu. Aku bersumpah jika naik gunung dengan medan pasir aku akan memakai geiter. Pasir Mahameru agak jahat juga terhadap sepatu. Sepatu ku yang telah aku pakai ke beberapa gunung lain menjadi sedikit terbuka bagian depannya. Setelah beristirahat selama 30 menit kami melanjutkan perjalanan ke camp Kalimati. Perjalanan menuju Kalimati memakan waktu 30 menit. Setelah tiba di camp aku pun “menjenguk” Bang Arief di tendanya ternyata dia sudah baikan dan sudah bisa bercanda lagi dengan kami. Sedangkan abang-abang dan mas-mas yang lain sedang tidur. Aku pun langsung istirahat di tenda. Tak lama karena hanya tidur 1,5 jam tadi malam aku pun tidur dengan posisi kaki lebih tinggi dari jantung dengan cara menyimpan kaki di atas carier. Jam 12 aku terbangun. Karena lapar aku memasak mie instant. Hari itu kami tidak masak dan makan bersama kami memasak mie instant masing-masing. Setelah makan aku merasakan panggilan alam. Untung di Kalimati terdapat wc umum. Aku pun BAB di wc umum tersebut. WC tersebut berupa tempat yang ditutupi oleh seng bercat hijau dan hanya terdapat lubang untuk BAB dan BAK. Lumayan, membuat kita tidak usah menggali tanah. Pukul 14.00 kami membereskan tenda dan barang bawaan dan bersiap-siap untuk perjalanan pulang ke Ranukumbolo. Pukul 15.30 setelah solat kami pun melanjutkan jalan ke Ranukumbolo. Jalan menuju Ranukumbolo merupakan turunan. Jari-jari kaki terasa sakit ketika melawati jalanan menurun. Aku berjalan di tengah bersama Mas Rudi dan Mas Hafid. Sedangkan di depan ada Eng, Cacan, Bang Idrus, Bang Arief dan Mas Dani. Dan di belakang ada Bang Bibit, Bang Ridho, Aris dan Djoko. Kami menjadi 3 grup karena jarak kami cukup berjauhan. Pukul aku, Mas Rudi dan Mas Hafid tiba di Ranukumbolo sedangkan grup yang pertama sudah tiba sejak pukul 18.00. dan grup ketiga tiba pukul 18.30. ketika tiba di Ranukumbolo aku merasa tidak enak badan dan kedinginan. Aku pun meminta temen-temanku untuk membangun tenda secepatnya. Setelah tenda selesai dibangun aku pun tidur di dalam tenda karena tidak kuat dingin. Sepertinya aku demam karena semua badanku terasa hangat. Aku pun solat dahulu di dalam tenda. Setelah itu aku pun tidur menggunakan mukena agar lebih hangat dan Cacan memberikan aku sleeping bag nya untuk dipakai karena sleeping bag dia ada di luar dan sleeping bag ku masih ada di dalam carier. Disitu aku pun menangis karena sedih teringat pada ibuku. Biasanya jika aku demam ibuku yang merawatku tetapi kondisi saat ini aku sedang berada di Ranukumbolo dan ibuku di rumah. Sungguh air mataku banyak sekali mengalir. Tetapi aku beruntung mempunyai teman-teman yang perhatian. Aku pun meminta obat penurun demam kepada Aris dan Eng pun membuatkan aku mie cup dan menyuruh aku memakan mie tersebut sebelum minum obat. Eng pun membereskan semua barangku dan mengeluarkan sleeping bag untuk dipakai Cacan. Aku pun langsung tertidur pulas setelah minum obat. Sekitar pukul 22.30 mereka pun mulai masuk ke tenda dan akan istirahat. Aku pun terbangun dan pindah posisi agar tenda muat untuk kami tidur.
28 Desember 2015
Aku terbangun pukul 05.00 dan melihat keadaan di luar sudah cerah. Alhamdulilah aku merasa baikan dan demamku sudah reda setelah meminum obat antipiretik yang aku minum tadi malam. Di luar terlihat Bang Bibit dan Bang Ridho sedang mengambil foto sunrise. Mereka menanyakan keadaanku dan aku menjawab sudah sehat dan baikan. Aku pun mengambil air wudhu di danau Ranukumbolo. Dingin namun terasa segar. Aku pun membangunkan teman yang lain. Sekitar pukul 07.00 aku pun memasak. Kelompok lain juga memasak. Kami memasak sisa makanan yang ada. Setelah semua masakan matang kami pun menyiapkan tempat makan menggunakan trash bag (yang masih bersih) untuk makan. Setelah itu kami menyimpan semua makanan diatas kertas nasi yang berjejer diatas alas (trash bag bersih). Kami pun makan bersama-sama. Sungguh nikmat sekali makan dengan cara seperti itu. Makanan pun habis dan yang tersisa hanya kerak nasi saja haha. Setelah makan semua alat masak yang digunakan aku dan Cacan yang mencucinya. Duh giliran cuci piring aku lagi aku lagi. Aku dibantu Bang Arief dan Aris yang membawakan air untuk cuci piring. Kami pun cuci piring 10 meter di dekat danau. Sebelum cuci piring kami harus menggali tanah untuk sisa makanan dan lemak. Aku tidak tahu mengapa rasanya susah sekali mencuci bekas kerak nasi. Setelah beres mencuci piring kami pun berfoto di depan batu yang bertuliskan bahasa Sanksekerta mengenai air dan danau Ranukumbolo. Batu tersebut diletakkan di dalam pagar dan di pinggir-pinggir batu tersebut terlihat beberapa sesajen bekas Suku Tengger yang berdoa di batu tersebut. Dan setelah foto-foto dekat batu kami pun berfoto dekat danau. Dan beberapa teman ada yang berfoto di tanjakan cinta dan berharap mereka menemukan cintanya disana haha. Sekitar pukul 10.00 kami beres-beres tenda dan barang bawaan. Dan sekitar pukul 10.30 kami pun menuju perjalan pulang ke Ranupani. Sebelum melanjutkan perjalanan kami berdoa terlebih dahul agar diberi keselamatan hingga Ranupani. Kami beristirahat di pos 4 selama 10 menit. Ketika di pos 3 Eng dan Bang Arief melanjutkan perjalanan terlebih dahulu. Karena aku ingin buang air kecil aku pun melanjutkan perjalanan menyusul Eng dan Bang Arief ditemani Aris, Cacan dan Bang Idrus. Karena barang bawaan sudah semakin ringan dan jalan yang menurun kami pun berjalan dengan cepat. Di pos 2 Cacan dan Aris menyuruh aku duluan. Aku pun duluan ditemani Bang Idrus. Tak lama setelah pos 1 turun hujan. Aku pun belum memakai jas hujan karena hujannya masih belum terlalu besar. Dan ketika hujan membesar Bang Idrus menyuruhku untuk memakai jas hujan. Namun ia sendiri tidak memakai jas hujan karena dia mengatakan sudah dekat. Ketika sedang memakai jas hujan ada yang memanggilku dari belakang dan ternyata itu adalah Aris. Akhirnya Bang Idrus melanjutkan perjalanan duluan karena aku sudah ditemani Aris. Jalanan sangatlah licin bahkan ada pendaki wanita yang terpeleset. Aku pun harus ekstra hati-hati karena jalanan licin dan menurun. Sekitar pukul 13.00 aku dan Aris tiba di ladang warga. Alhamdulilah sudah sampai. Dan kami bertemu pendaki asal Bandung yang sedang menunggu temannya. Kami pun duluan karena aku sudah tidak tahan ingin BAK. Pukul 13.15 aku dan Aris tiba di Ranupani. Terlihat Bang Idrus yang sedang istirahat dan Eng yang sedang makan bakso malang dan telah mandi. Huh bikin iri. Aku pun bergegas untuk ke makan mandi. Aku pun sekalian mandi. Di dekat kamar mandi tertera tarif menggunakan kamar mandi yaitu Rp.2.000 namun ketika aku memberikan uang Rp.5000 tidak diberikan kembalian oleh mbah penjaga kamar mandi. Aku pikir tidak ada kembalian jadi aku ikhlaskan saja hehe. Ternyata setelah yang lain mandi tarif mandi adalah Rp.5.000. Setelah mandi aku pun membeli bakso malang. Setelah itu aku pergi ke pos perijinan pendakian untuk lapor bahwa semuanya telah sampai. Kami pun membawa sampah sebagai bukti kami membawa sampah kembali turun. Dan setelah diperiksa petugas tersebut menyuruhku untuk membuang sampah di ujung dekat mushola. Dan disana sudah banyak sekali sampah bekas para pendaki lain. Tak terbayang jika sampah tersebut tidak dibawa kembali turun pasti akan menumpuk di area pendakian. Di mushola aku bertemu Bang Arief yang sudah selesai solat. Dan ia pun menyuruh kami untuk cepat-cepat ke jeep karena Mas Teguh sudah menunggu kami dari pukul 11.00. Aku pun memanggil teman-teman yang lain untuk segera naik ke jeep. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 Bang Arief pun mulai cemas karena dia harus sudah tiba di Bandara Djuanda Surabaya pukul 21.00. Di tempat jeep kami bertemu rombongan pendaki dari Bandung dan berdiskusi mengenai transportasi ke Bandung. Mereka berencana ke Stasiun Malang mencari tiket yang masih kosong. Sedangkan kami berencana naik bis dari Malang atau Surabaya. Kami pun bertukar nomor handphone untuk berkoordinasi nanti. Kami pun melanjutkan perjalanan ke Tumpang. Karena Bang Bibit dan Bang Ridho berencana pulang esok hari, mereka turun di rumah Mas Kentung. Sedangkan kami turun di pasar Tumpang.  Dari Tumpang kami melanjutkan perjalanan ke Stasiun menggunakan angkutan umum. Ongkos angkutan umum ke terminal Arjasari yaitu 120 ribu dan ongkos per orangnya 12 ribu. Sebelum menuju terminal kami mampir di pusat oleh-oleh khas Malang. Disana dijual semua oleh-oleh khas Malang seperti makanan, minuman dan kaos. Jika di Bali sama seperti Krisnha. Mereka rata-rata membeli keripik apel untuk oleh-oleh. Setelah membeli oleh-oleh perjalanan dilanjutkan ke terminal Arjosari. Kami tiba di terminal pukul 16.45. Bang Arief dan Bang Idrus terburu-buru untuk naik bis ke Surabaya karena mereka harus check in jam 21.00 di Bandara. Mereka pun langsung berpamitan pada kami. Disana kami bingung karena tidak ada angkutan ke Bandung dan hanya ada angkutan menuju Jakarta dan melawati jalur pantura. Setelah diskusi panjang kami pun memutuskan untuk naik bis tersebut dan turun di Cirebon. Dari Cirebon kami berencana untuk naik bis Bhineka atau Sahabat. Dan ternyata Mas Rudi juga menumpang bis yang sama dengan kami. Sedangkan Mas Dani dan Mas Hafid naik bis menuju Purwokerto dan langsung berpamitan untuk menaiki bis tersebut. Harga tiket bis menuju Cirebon yaitu 170 ribu. Menurut petugas tiket bis yang akan kami tumpangi bis berangkat pukul 19.00. Kami pun makan malam terlebih dahulu di warung makan yang ada di dalam terminal. Ketika kami makan Kang Agung yang berasal dari Bandung menelepon kepada Aris. Mereka tidak dapat tiket kereta dan sudah ada di terminal dan menanyakan transportasi pulang. Aku pun langsung menjelaskan kepada mereka bahwa ada bis menuju Jakarta dan masih kosong. Aku pun menjemput rombongan mereka ke depan terminal dan mengantarkan mereka ke tempat penjualan tiket. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan ke Bandung bersama kami. Ternyata bis tersebut merupakan bis pariwisata sewaan P.O bis, dan bukan armada milik mereka. Kondisi bis tersebut kurang nyaman karena tempat duduknya sedikit reyot dan AC nya sering sekali mati. Supir bis tersebut sering menyalakan klakson sehingga membuat kami susah tidur karena bising. Ketika tiba di Surabaya kami yang baru beberapa menit tertidur terbangun oleh suara penumpang yang berteriak “jangan diladenin Pak “ dan ternyata ada sebuah mobil swift di depan bis yang kami tumpangi sengaja menghalangi jalan kami. Ketika bis akan ambil jalan ke kanan mobil tersebut langsung zigzag ke kanan begitu pun sebaliknya. Karena kesal Eng, Aris, Djoko dan satu penumpang lain mencoba keluar untuk menegur pengemudi mobil swift tersebut karena sungguh membahayakan keselamatan kami penumpang bis. Dan ketika tiba di satu perempatan mereka ber 4 turun untuk menegur bis tersebut. Kernet dan supir bus tersebut memprovokasi mereka ber4 yang sedang dilanda amarah. Eng menggedor kaca mobil tersebut agar si pengemudi turun namun ia malah menelopon. Sepertinya ia menelepon rekannya karena takut. Suasana makin kacau ketika mereka berusaha untuk membuka pintu mobil secara paksa. Namun akhirnya si pengemudi mobil tak beriman tersebut berhasil kabur lewat kiri jalan dan hampir menabrak motor. Dan mereka ber4 masuk kembali ke dalam bis. Aku pun merasa ikut kesal karena pengemudi tersebut sepertinya merasa paling hebat  tetapi akhirnya kabur juga. Perjalanan terasa sangat panjang. Kami pun tertidur pulas setelah kejadian tersebut. Mungkin kami lelah. Pukul 05.30 kami istirahat di rumah makan. Kami pun solat subuh meskipun sudah telat. Setelah solat kami pun sarapan. Karena setelah turun gunung kami mandi kami tidak mandi. Sedangkan rombongan Bandung yang lain mandi karena sebelumnya belum mandi. Pukul 07.00 kami melanjutkan perjalanan. Ternyata Mas Rudi pamit untuk turun di Pemalang karena istrinya berada di Pemalang. Sekitar pukul 11.00 kami tiba di Cirebon. Kami berhenti di sebuah tempat yang bukan terminal. namun supir tersebut sudah meminta supir bis Bhineka untuk menjemput kami yang menuju ke Bandung di tempat tersebut.  Dan kami pun naik bis tersebut dengan tarif 50ribu hingga terminal Cicaheum. Namun karena hanya ada rombongan kami dan rombongan Bandung serta 3 penumpang lain bis tersebut sering sekali mengetem. Bis tersebut juga sering menaik turunkan penumpang sehingga perjalanan terasa sangat lama menuju Bandung. Sekitar pukul 17.45 bis tiba di Cibiru dan rombongan Bandung (Kang Agung) turun di Cibiru untuk melanjutkan perjalanan ke Cibeureum dan Cimahi. Bis tersebut tiba di terminal Cicaheum pukul 18.30. dan kami pun melanjutkan perjalanan ke rumah Eng. Sekitar pukul 18.45 kami tiba di rumah Eng dan beristirahat. Tak lama kami pun membeli bakso di depan RS Santo Yusuf yang dikenal enak. Kami pun merasakan nikmat yang luar biasa bisa makan bakso lagi haha. Dan pukul 20.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing. Sungguh pengalaman yang berharga bisa mendaki Gunung Semeru. Berada di atas puncak Mahameru, puncak tertinggi di Pulau Jawa, bisa bertemu sahabat baru yang dinamakan Cempulek Jebul, bisa mensyukuri kuasa Allah SWt lebih dekat. Semoga anak cucuku bisa mencumbui pasir Mahameru seperti lirik yang ada di lagu Mahameru ciptaan Ahmad Dhani. Dan semua lirik yang ada di lagu Mahameru aku rasakan semua. Terimakasih ya Allah telah memberikan aku kesempatan untuk bisa menginjakkan kaki di puncak abadi para dewa. Semoga aku bisa mengijakkan kaki di puncak Dewi Anjani seperti cita-citaku sejak SMP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar