PERJALANAN TIM NATURE KE GUNUNG SEMERU
Sebenarnya
rencana kita adalah mendaki gunung Rinjani yang berada di Pulau Lombok. Bahkan
kita sudah merencanakan dari beberapa minggu sebelumnya untuk mendaki gunung
tertinggi ke 3 di Indonesia itu. Namun setelah menghubungi pihak dari Taman
Nasional, ternyata pendakian ke Gunung Rinjani hanya diperbolehkan hingga ke
Plawangan Sembalun/Senaru. Karena ongkos ke Lombok memakan biaya yang lumayan
besar kita memutuskan untuk membatalkan
perjalanan ke Gunung Rinjani karena akan sangat disayangkan bila pergi ke sana
hanya sampai Plawangan Sembalun/Senaru. Karena kita sangat ingin pergi mendaki
aku pun memberikan ide untuk mendaki Gunung Semeru saja. Aku mengusulkan kepada
teman-teman untuk pergi saat pergantian tahun namun dikarenakan ada beberapa
teman yang mempunyai agenda lain pada malam pergantian tahun aku mengusulkan
untuk pergi pada tanggal 23 Desember 2015. Kami pun berkumpul kembali untuk
membahas perjalanan ke Semeru. Sebelum berkumpul dengan teman-teman aku bertanya
mengenai SIMAKSI kepada teman SMA-ku yaitu Eko. Eko telah mendaki Gunung Semeru
pada bulan November lalu. Pada saat Eko mendaki bulan November dia melakukan
pendaftaran secara offline (langsung di pos Ranupani). Dan Eko pun memberikan
nomor telepon Mas Kentung pemilik jeep yang mengantarnya ke Ranupani dan nomor
Mas Teguh pemilik angkot yang mengantarnya dari stasiun ke Tumpang. Menurut Eko
banyak sekali hal yang harus dipersiapkan untuk mendaki Gunung Semeru salah
satunya adalah surat keterangan sehat. Semua pendaki yang akan mendaki Gunung
Semeru harus membawa surat keterangan sehat bila tidak membawa tidak akan
diperbolehkan untuk mendaki. Sebelumnya aku berencana untuk melakukan SIMAKSI
online, namun untuk pendakian tanggal 24-27 Desember kuota sudah habis. Dan
pada saat berkumpul bersama rekan-rekanku aku pun melepon Mas Kentung namun
teleponnya sedang tidak aktif dan aku menelepon Mas Teguh dan diangkat. Menurut
Mas Teguh untuk pendakian tanggal 25 masih ada kuota. Aku sangat bersyukur
karena bisa melakukan pendakian ke Mahameru. Namun ada hal lain yang membuat
kami bingung yaitu transportasi dari Bandung ke Malang. Semua tiket kereta api
dari kelas ekonomi hingga eksekutif telah habis baik menuju Malang, Surabaya,
Jombang dan kota-kota di Jawa Tengah pun habis maklum sedang libur panjang.
Mungkin orang-orang Indonesia sedang butuh piknik. Kami pun berniat untuk naik
bis langsung ke Malang namun ternyata bis juga penuh. Karena tekad kami terlalu
kuat untuk mendaki Gunung Semeru kami pun nekad untuk pergi meskipun belum ada
transportasi pasti menuju Malang. Sebelumnya kami berencana untuk pergi ber-7.
Aku, Eng, Cacan, Aris dan Djoko pergi dari Bandung, sedangkan Dudu dan Dinny
dari Kediri karena mereka sedang les bahasa Inggris disana. Namun karena tidak
mendapatkan ijin Dudu dan Dinny tidak jadi ikut mendaki. Dan akhirnya kami ber
5 lah yang akan mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut.
23 Desember 2015
Kami janjian
pukul 15.00 di rumah Eng karena letak rumah Eng tidak jauh dari terminal. Kami
berdiskusi mengenai transportasi, dan kami pun sepakat untuk naik bis ke
Purwokerto dan dari Purwokerto naik bis jurusan Malang. Setelah berkemas, kami
pun pergi ke terminal pada pukul 16.45. Dan pada pukul 17.00 kami tiba di
terminal. Tak disangka di terminal banyak sekali penumpang yang sepertinya akan
berlibur atau mudik ke daerah asalnya. Sebelumnya kami pernah melakukan
perjalanan ke Prau dan menaiki bis jurusan Wonosobo. Bis tersebut biasanya
pergi pukul 19.00. Ketika kami menanyakan kepada penjual tiket bis ternyata
tiket bis tersebut hingga esok hari telah habis. Namun kami tidak kehilangan
harapan, kami selalu mencari ke semua kernet bis masih adakah bangku yang
kosong. Namun semua bis menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur penuh. Akupun sudah
kehilangan harapan. Namun secercah cahaya datang dari ufuk timur hehe.
Tiba-tiba datang bis jurusan Purwokerto. Bis tersebut bis AC Ekonomi yang body
nya sudah tidak mulus lagi dan tempat duduk nya pun sudah lumayan jelek. Aku
lupa nama bis itu tapi bis itu serupa dengn bis Aladin. Tanpa berfikir panjang
aku pun langsung menaiki bis tersebut dan menduduki kursi dan menempatkan tas untuk temanku yang lain.
Dalam hitungan menit bis tersebut langsung penuh bahkan ada penumpang yang
tidak kebagian tempat duduk memutuskan untuk duduk di dekat supir. Namanya juga
bis ekonomi, meskipun sudah penuh bis tersebut masih menaikkan penumpang
sehingga banyak penumpang yang harus berdiri. Sebenarnya aku dan teman-temanku ingin
gantian berdiri dengan penumpang yang berdiri karena kasihan mereka harus
berdiri hingga 8-9 jam perjalanan. Namun kami menurungkan niat tersebut karena
kami akan melakukan trekking yang panjang, sehingga membutuhkan energi untuk
trekking. Bis tersebut meninggalkan terminal Cicaheum pukul 18.15. Ongkos bis butut
tersebut sangatlah mahal yaitu 80 ribu padahal bis Sinar Jaya saja yang kondisi
nya sangat bagus hanya 70 ribu. Mungkin kernet tersebut ingin mengambil
kesempatan dalam kesempitan pikirku. Bis kami berhenti di tempat peristirahatan
di Kota Ciamis. Kami pun melaksanakan solat Isya dan Magrib di tempat istirahat
tersebut.
24 Desember 2015
Akhirnya bis
tersebut tiba di Terminal Purwokerto pukul 02.30 pagi. Kami pun diam di
terminal menunggu waktu subuh dan menunggu tempat penjualan tiket dibuka.
Terminal Purwokerto bukan terminal yang asing dimata kami karena kami pernah
singgah di terminal tersebut ketika pulang dari pendakian dari Gunung Slamet.
Menurut tukang ojeg yang ada di Stasiun bis menuju Malang hanya ada pada sore
hari sedangkan pada pagi hari hanya ada bis tujuan Surabaya. Kami pun sepakat
untuk naik bis ke Surabaya dan dari Surabaya langsung ke Malang. Karena lapar
aku pun memesan mie di warung yang ada di sekitar terminal. dan setelah adzan
subuh berkumandang kami pun solat subuh di Masjid Terminal secara bergantian
karena harus menjaga barang bawaan kami yang kami simpan di dekat warung ibu
tempat aku membeli mie. Usai solat kami sarapan di warung ibu tempat aku
membeli mie. Harga makanan di warung ibu tersebut tergolong murah. Aku hanya
mengeluarkan uang 5 ribu saja untuk satu piring nasi dan 2 jenis sayuran.
Setelah sarapan aku dan Eng bergegas untuk pergi ke tempat penjualan tiket. Tak
disangka tempat penjualan tiket sudah penuh dengan antrian. Petugas penjualan
tiket menanyakan tujuanku. Aku mengatakan tujuan kami adalah Malang. Menurut
petugas penjualan tiket kami turun di Kertosono karena jika turun di Surabaya
akan lebih makan waktu 2-3 jam lebih lama. Ongkos dari Purwokerto ke Kertosono
Kediri adalah 145 ribu namun karena bis tersebut memberikan layanan makan jadi
ongkos ditambah 10 ribu menjadi 155 ribu. Sedangkan ongkos ke Surabaya adalah
175 ribu. Bis tersebut pergi dari Stasiun Purwokerto pukul 06.30 pagi. Ketika
akan menaiki bis tersebut sang kernet bis menanyakan tujuan kami, menurut
kernet bis sebaiknya kita turun di Surabaya saja karena di Surabaya banyak
angkutan menuju Malang. Namun kami memutuskan untuk turun di Kertosono saja.
Sepanjang perjalan kami habiskan untuk tidur, namun kami tidak tidur terus
sesekali kami menikmati pemandangan kota-kota yang kami lalui. Bis tersebut sangat nyaman sekali, terdapat
televisi dan stop kontak. Tempat duduknya sangan nyaman dan ergonomi. Berbeda
sekali dengan bis yang kita naiki dari Bandung ke Purwokerto. Di perjalanan Mas
Teguh menghubungi kami menurut Mas Teguh kami sebaiknya turun ke Surabaya saja
karena lebih mudah transoptasi menuju Malang dari Surabaya dibanding dari
Kertosono. Aku sedikit menyesal karena sudah ngeyel turun di Kertosono, tidak
menuruti apa kata kernet bis sebelumnya. Hingga siang hari bis belum juga
istirahat padahal kami sudah sangat lapar. Di tiket tertulis bahwa istirahat
makan di Caruban. Tapi kami tidak tahu dimana Caruban. Pada pukul 16.45 bis
menepi ke sebuah Rumah Makan. Alhamdulilah akhirnya makan juga. Sebelum makan
kami melaksanakan solat dzuhur dan ashar (di jamak). Makanan yang disediakan
sangat beragam. Dan kamipun bebas mengambil makanan sendiri. Karena terlampau
lapar kami mengambil makanan yang memenuhi piring dan tak ada ruang tersisa di
piring kami. Semua penuh dengan makanan hehe. Maklum kami belum makan siang.
Setelah istirahat, sholat dan makan kami pun melanjutkan perjalanan. Tak lama
dari tempat kami istirahat perjalanan terhambat karena macet yang sangat
panjang. Supir bis yang kami tumpangi sangat jago. Dia selalu mengebut saat
perjalanan tetapi mengebut secara halus dan tidak ugal-ugalan. Dia melipir ke
kiri jalan bebatuan yang membuat kami merasa seperti menaiki mobil off road 4x4
hehe. Ketika sudah dekat kernet bis menanyakan lagi kepada kami apakah kami
akan turun di Kertosono atau Surabaya. Kami pun menjawab untuk turun di
Surabaya. Dan kami harus membayar lagi ongkos ke Surabaya 37 ribu padahal jika
kami pesan ke Surabaya kami perlu membayar 175 ribu hanya selisih 20 ribu, kami
jadi rugi 17 ribu deh. Kami sangat senang dan puas naik bis tersebut karena bis
tersebut full music. Musik yang diputar mulai dari musik daerah (lagu Jawa),
dangdut serta pop. Aku dan teman-temanku serta penumpang yang lain pun
terkadang ikut bernyanyi. Apalagi ketika lagu-lagu Ada Band dan Armada diputar
aku selalu bernyanyi pada setiap lagu hehe. Sampai-sampai aku dan Aris hafal
satu lagu dangdut yang baru kami dengar karena lagu tersebut terlalu sering
diputar dan selalu terngiang-ngiang di telingan kami. Judul lagu tersebut yaitu
Gajah Kupu-Kupu hehe. Pukul 21.30 kami tiba di Terminal Surabaya. Ternyata bis
menuju Malang tidak ada ketika kami tiba di terminal. Kami pun memutuskan untuk
solat terlebih dahulu. Ternyata setelah kami sholat ada bis menuju Malang.
Kamipun menaiki bis itu. Bis tersebut berangkat pukul 22.45. ongkos dari
Surabaya ke Malang yaitu 25 ribu. Jadi total ongkos kami dari Bandung menuju
Malang yaitu 272 ribu. Ongkos tersebut lebih murah dibanding dengan ongkos bis
Kramat Djati dari Bandung menuju Malang langsung.
25 Desember 2015
Pukul 01.00 kami
tiba di terminal Arjasari Malang. Kami tidak turun di terminal dan turun di
depan pom bensin dekat terminal karena Mas Teguh menjemput kami disana. Setelah
bertemu Mas Teguh kami diajak Mas Teguh untuk ke Stasiun Malang, siapa tau ada
pendaki lain menuju Tumpang sehingga ongkos bisa lebih murah. Setelah tiba di
Stasiun Malang kami pun ngopi di warung dekat stasiun. Disana terdapat beberapa
warung yang terdapat tempat duduk lesehan. Pukul 01.50 Mas Teguh mengajak kami
langsung ke rumah Mas Kentung karena menurut Mas Kentung sudah ada beberapa
rombongan pendaki yang akan naik jeep bareng kelompok kami. Pukul 02.30 kami
tiba di rumah Mas Kentung. Dan kami pun bertemu dengan rombongan lain yang akan
gabung untuk naik jeep. Ongkos angkot dari terminal ke rumah Mas Kentung yaitu
130 ribu. Karena kami berlina ongkos tersebut kami bagi lima sehingga per orang
membayar 26 ribu. Di rumah Mas Kentung terdapat 4 kelompok pendaki. Kelompok
pertama berasal dari Bekasi namun kampung mereka berada di daerah Kebumen dan
Cilacap. Mereka berjumlah 3 orang yaitu Mas Dani, Mas Rudi dan Mas Hafid.
Sedangkan kelompok kedua berasal dari Tangerang. Mereka berjumlah 2 orang yaitu
Bang Arief dan Bang Idrus. Kelompok ketiga berasal dari Jakarta yaitu Bang
Bibit dan Bang Ridho. Terdapat 1 orang lagi yang berasal dari Jakarta yaitu
Bang Rudi Buluk dia sendiri dan berencana untuk mendaki hingga Ranu Kumbolo
saja. Kelompok kami dan kelompok Jakarta berencana untuk naik hari ini dan
turun tanggal 28 Desember 2015. Kelompok Bekasi pun mengikuti. Sedangkan Bang
Buluk berencana pulang tanggal 26 Desember karena hanya sampai Ranu Kumbolo
saja. Kelompok Tangerang masih bingung karena mereka belum mendapatkan tiket
pulang dan salah satu dari mereka harus sudah kerja pada hari Senin. Dan
akhirnya mereka mengikuti semua kelompok untuk turun pada tangga 28 karena
akhirnya mereka mendapatkan tiket pesawat ke Soekarno Hatta pukul 22.00.
Akhirnya kami pun menjadi 1 kelompok besar. Bang Ridho, Bang Bibit, Eng dan
Bang Buluk sebelumnya pernah mendaki Gunung Semeru. Namun karena kelompok kami
(mereka bilang kelompok Bandung) paling banyak anggotanya jadi Eng yang menjadi
ketua kelompok. Setelah mengisi formulir SIMAKSI kami melaksanakan solat subuh.
Karena aku belum mandi aku mandi terlebih dahulu di rumah Mas Kentung. Mungkin
mereka menganggap aku wanita yang selalu harus mandi padahal aku mandi karena
badan sudah merasa lengket setelah perjalanan panjang Bandung-Malang. Sedangkan
kesemua pria tersebut tidak ada yang mandi. Setelah semua beres solat kami pun
berbelanjan kebutuhan logistik ke Pasar Tumpang. Karena surat keterangan sehat
milikku, Eng dan Djoko tidak terbawa kamipun melakukan pemeriksaan kesehatan
lagi di sebuah klinik. Kami pergi ke pasar Tumpang diantar oleh adik Mas
Kentung menggunakan jeep. Kami pun berbelanja kebutuhan logistik di pasar
Tumpang dan Alfmart karena Indomaret kebetulan belum buka. Setelah berbelanja
kebutuhan logistik dan pemeriksaan kesehatan kami pun kembali ke rumah Mas
Kentung. Di padar Tumpang kami membeli sarapan. Setelah beres-beres kami pun
bergegas pergi ke desa Ranu Pani. Sebelumnya kami pun berfoto-foto terlebih
dahulu di depan jeep. Karena aku perempuan sendiri aku duduk di depan jeep
ditemani Bang Buluk. Kami pun mengobrol. Ternyata Bang Buluk bekerja di
Kedutaan Korea. Dia tidak terlalu suka dengan orang Korea. Dia pernah ditawari
tinggal di Korea tetapi dia tidak mau. Sangat berbanding terbalik denganku yang
menyukai Korea (efek nonton Drama Korea) dan ingin sekali ke Korea hehe. Dan
teman-teman yang naik di belakang jeep juga terdengar mengobrol dan
tertawa-tawa. Ketika tiba di dekat Gunung Bromo kami berfoto terlebih dahulu.
Saat itu Bromo sedang erupsi sehingga sangat terlihat jelas awan hitam yang
membumbung tinggi diatas Gunung Bromo. Akses ke Bromo telah ditutup. Di situ
juga terlihat Puncak Mahameru yang sangat terlihat gagah. Setelah puas berfoto
kami melanjutkan perjalanan ke desa Ranu Pani. Setelah tiba di desa Ranu Pani
kami harus mengikuti briefing bersama pendaki lain. Briefing dipimpin oleh
SAVER (Semeru Volunteer). Di briefing tersebut kami dijelaskan tentang
jalur-jalur yang akan dilalui ketika mendaki Gunung Semeru. Selain itu juga
SAVER menjelaskan bahwa di Gunung Semeru masih banyak terdapat Pantera Pardus.
SAVER juga menjelaskan hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan saat
pendakian seperti mandi/BAB/BAK/cuci muka menggunakan sabun, menyikat gigi di
danau Ranukumbolo karena hal tersebut bisa mencemari air danau tersebut. Selain
itu juga kita tidak boleh berdiam terlalu lama di daerah pohon yang ada kain
putihnya. Sebenarnya pendakian hanya diperbolehkan hingga kalimati. Namun SAVER
juga akhirnya memberikan tips untuk naik ke puncak Mahameru yang berupa pasir
yaitu melangkah dengan cara zigzag. Dan SAVER juga meningatkan kepada kita
untuk tetap pada jalur yang benar jangan sampai salah jalur dan melewati jalun
Blank 45. Blank 45 merupakan jalur yang hampir semua jalurnya berupa jurang
yang mempunyai tingkat kemiringan berbeda-beda. SAVER juga mengingatkan kita
untuk tetap waspada terhadap batu yang jatuh. SAVER juga memeriksa barang
bawaan kita seperti sleeping bag dan tenda. Semua pendaki yang akan mendaki
diwajibkan untuk membawa sleeping bag. Dan semua SIMAKSI diperiksa. Setelah
briefing kami pun membayar biaya pendakian. Harga 1 hari pendakian bila weekday
17.500 sedangkan bila weekend 22.500. Saat kami mendaki kami masuk ke dalam 2
hari weekday dan 2 hari weekend jadi biaya yang kami bayarkan untuk 4 hari
pendakian yaitu 80.000/orang. Wow kan ? Padahal pertama kali aku naik gunung ke
Papandayan pada tahun 2008 aku hanya membayar 5.000 untuk 2 hari pendakian.
Setelah melakukan pembayaran beberapa diantara kami membeli bakso dan gorengan.
Pukul 11.00 kami mulai trekking. Terdapat 4 pos pada perjalanan dari Ranu Pani
menuju Ranu Kumbolo. Jalur menuju pos 1 termasuk landai. Dan terdapat jalur
yang telah di paving block. Di pos 1 terdapat bedeng. Di dalam bedeng tersebut
terdapat 2 pedagang yang berjualan air mineral, semangka dan gorengan. Karena
semangka begitu menggoda aku dan teman-teman pun membelinya. Lumayan melepas
dahaga. Setelah beristirahat sekitar 15 menit kami pun melanjutkan perjalanan
ke pos 2. Perjalanan masih tetap sama seperti perjalanan dari pos ranu pani ke
pos 1. Jalur masih landai dan hanya terdapat beberapa tanjakan kecil. Di pos 2
juga sama seperti pos 1 terdapat bedeng dan terdapat orang yang berjualan. Perjalanan
menuju pos 3 juga masih sama dengan perjalanan ke pos 1 maupun pos 2. Di pos 3
juga terdapat bedeng yang digunakan untuk beristirahat dan berjualan. Sedangkan
perjalanan ke pos 3 menuju pos 4 diawali dengan tanjakan yang lumayan. Namun
setelah melewati tanjakan yang kira-kira panjangnya 200 m trek yang dilalui
berupa turunan. Kondisi saat itu sedang gerimis jadi jalan lumayan licin
sehingga kami harus berhati-hati karena masih terdapat jalan yang tanahnya
terkikis sehingga jalannya menjadi sempit dan pinggirnya berupa jurang. Di pos
4 juga terdapat bedeng, namun saat itu d pos 4 tidak ada yang berjualan. Di pos
4 sudah terlihat jelas pemandangan surga-Nya Gunung Semeru yaitu Danau
Ranukumbolo. Namun karena cuaca sedang gerimis pemandangan Ranukumbolo tertutup
sedikit kabut. Dari pos 4 trek menuju camp Ranukumbolo berupa turunan. Kami
tiba di camping ground Ranukumbolo pukul 14.55. jadi perjalanan yang kami
tempuh dari Ranu Pani ke Ranukumbolo sekitar 4 jam. Di camping ground
Ranukumbolo kami tidak boleh mendirikan tenda di dekat danau. Jarak mendirikan
tenda adalah 10-15 meter dari bibir danau. Kami pun membangun tenda
masing-masing. Tenda yang kami bangun ada 4 buah kami buat berhadap-hadapan
membentuk kotak. Setelah membangun tenda aku pun melaksanakan solat dzuhur. Tak
lama sudah masuk waktu ashar dan sekalian aku sholat ashar. Setelah tenda
selesai dibangun kami pun beres-beres tas dan tenda dalam untuk tidur nanti.
Kami pun menikmati pemandangan Ranukumbolo yang memang sangat indah dan tak
bosan untuk di pandang. Air di Ranukumbolo sangatlah dingin sore hari itu.
Pukul 17.30 aku dan temanku memasak sayur sawi, nasi, tempe goreng dan mie.
Pukul 18.30 kami makan malam. Kami tidak makan malam bersama kelompok lain
karena cuaca sangat dingin di luar sehingga kami memutuskan untuk makan di
tenda masing-masing. Setelah makan kami pun sholat bergantian di tenda. Kami
tidakk melaksanakan sholat di luar tenda karena udara cukup dingin. Karena
tidak bisa tidur kami pun bercanda terus. Pukul 22.00 kami sepakat untuk
mematikan headlamp yang kami gunakan sebagai penerangan di tenda agar kami
tidur.
26 Desember 2015
Aku dibangunkan
oleh Cacan sekitar pukul 12.30. Menurut Cacan aku telah dibangunkannya 4x namun
baru bangun setelah panggilannya yang ke 4, maklum mungkin aku lelah. Cacan
mengeluh sakit badan sehingga belum bisa tidur. Lalu aku memberinya obat nyeri
badan. Tak lama Cacan pun tertidur. Sekitar pukul 3 pagi aku terbangun karena
suara berisik dari tenda sebelah. Mereka bernyanyi-nyanyi hingga subuh.
Terdengar mereka menyanyikan lagu ulang tahun. Duh sangat berisik membuatku
tidak bisa tidur lagi dengan pulas. Aku terbangun pukul 5 pagi dan ternyata
sudah terang. Aku pun langsung ambil wudhu di danau. Airnya dingin sekali,
sungguh ! Di Ranukumbolo saja udara pagi sudah sangat dingin apalagi di Puncak
Mahameru pikirku. Pukul 06.30 aku mulai memasak nasi, tempe goreng, dan mie
goreng. Bukan mie goreng instant loh. Setelah beres memasak makanan yang telah
kami masak kami hidangkan di luar. Di luar sudah terdapat beberapa masakan dari
kelompok mas-mas dan abang-abang Jakarta, Bekasi dan Tangerang. Kami pun makan
bersama-sama secara melingkar. Menu yang paling diminati adalah masakan buatan
Bang Ridho dan Bang Bibit yaitu sayuran kacang panjang dan kangkung yang telah
dibumbui oleh bumbu kacang. Sungguh nikmat sekali makan seperti itu. Setelah
makan kami foto-foto di sekitar danau Ranukumbolo. Aku dan Cacan lah yang
kebagian mencuci piring. Mentang-mentang aku wanita harus aku yang cuci piring.
Sebal ! Setelah puas foto-foto kami pun beres-beres untuk melanjutkan
perjalanan ke Kalimati. Setelah membereskan barang-barang pribadi dan tenda ke
dalam carrier kami pun mulai melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Trek yang
harus kita tempuh dari Ranukumbolo ke Kalimati lumayan panjang. Pukul 10.45
setelah kami berdoa bersama kami meninggalkan Ranukumbolo. Saat melewati
tanjakan cinta banyak yang tidak mau menengok ke belakang. Mungkin mereka masih
percaya mitos yang ada di adegan film fenomenal karya Donny Dirgantoro hehe.
Namuun aku sih tidak terlalu percaya pada mitos tersebut. Kalo sudah jodoh ya
pasti bertemu seperti apa kata Afghan. Jadi aku sering sekali menengok ke
belakang melihat pemandangan Ranukumbolo yang sangat indah dipandang di
tanjakan cinta. Tanjakan cinta ini memang membuat nafas terengah-engah aku pun
sering berhenti untuk mengambil nafas panjang. Setelah tanjakan cinta jalur
yang kami lewati adalah turunan. Setelah tiba di oro-oro ombo jalurnya menjadi
datar. Sayang sekali pemandangan di oro-oro ombo hanya ilalang dan rumput
tinggi saja karena bunga verbenda yang mirip lavender sedang tidak
mekar/tumbuh. Setelah melewati oro-oro ombo kami tiba di Cemoro Kandang.
Keadaan di Cemoro Kandang sangatlah sejuk. Kita pun beristirahat di bawah
pohon. Sungguh sangat rindang sekali ! Disana juga terdapat 2 orang penjual air
mineral, semangka dan gorengan. Setelah puas beristirahat kami melanjutkan
perjalanan ke Jambangan. Trek yang dilalui adalah tanjakan. Jalur yang kita
lalui berupa hutan yang terdapat pohon-pohon besar. Setelah jalan yang menanjak
terus akhirnya jalanan datar juga dan kami tiba di pos Jambangan. Karena jalan
menanjak kami terpisah menjadi beberapa kelompok. Eng dan Cacan berada di depan
dan aku di belakang mereka. Namun karena mereka cepat aku tidak mampu untuk
menyusul mereka sehingga aku menunggu temanku yang dibelakang. Di Jambangan
hanya terdapat Cacan sedangkan Eng tidak ada. Menurut Cacan, Eng tidak pernah
istirahat sehingga ia tertinggal karena ia beristirahat beberapa kali ketika
menuju Jambangan. Di Jambangan terlihat puncak Mahameru yang begitu gagah. Di Jampangan
juga sudah terdapat pasir dan bungan Edelweiss. Terdapat papan kayu yang
bertuliskan Pos Jambangan. Kami pun berfoto bersama di Pos Jambangan. Setelah
puas berfoto kami melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Medan yang dilalui yaitu
berupa turunan. Tak lama kami tiba di Kalimati dan bertemu dengan Eng. Ternyata
dia sudah 1 jam berada disana. Dia tiba di Kalimati pukul 12.45. Cepat sekali
dia ! Kita tiba di Kalimati pukul 14.15. Akhirnya kita memutuskan untuk
mendirikan tenda di camping ground Kalimati yang dekat dengan jalan menuju puncak. Namun disana masih terdapat
banyak tenda yang pemiliknya sedang beres-beres untuk meninggalkan Kalimati.
Kami pun menunggu mereka pergi karena kami akan menempati tempat mereka saat
ini. Ketika menunggu kami pun solat duhur bergantian. Sekitar pukul 15.00
mereka pergi dan kami pun mendirikan tenda di tempat mereka mendirikan tenda
sebelumnya. Sebagian dari kami ada yang mengambil air di Sumber Mani. Jarak
dari Kalimati ke Sumber Mani adalah 1 km. Pukul 15.30 kami pun melaksanakan
sholat ashar bergantian. Setelah mereka mengambil air kami pun mulai masak.
Karena kemarin aku sudah masak sekarang giliran Eng yang masak. Aku dan Cacan
bagian memotong-motong sayur dan bahan-bahan masakan lain. Menu sore itu kami
buat lebih banyak karbohidrat dan protein karena energi yang akan digunakan
untuk menuju Mahameru pasti sangatlah besar. Eng memasak nasi, sarden, sayur
sawi, tempe dan mie instan. Ternyata nasi buatan Eng seperti nasi yang dibuat
di rumah tidak ada keraknya sedikitpun. Ternyata dia jago juga dalam hal
memasak. Setelah semua masakan matang kami pun makan bersama-sama di dalam
tenda karena kondisi di luar sangatlah dingin. Tak seperti biasanya masakan
kali ini habis tak bersisa. Setelah makan kami pun solat secara bergantian di
tenda. Setelah semuanya solat sekitar pukul 19.30 kami pun sudah siap-siap
untuk tidur. Sebelum tidur aku, Cacan dan Aris meminum obat nyeri badan. Tapi
kami belum bisa tidur karena belum mengantuk padahal pukul 10 malam nanti kami
sudah harus bersiap-siap untuk summit attack. Kira-kira pukul 20.00 kami pun
tidur. Pukul 22.00 sudah terdengar suara pendaki lain yang siap-siap menuju
puncak. Kami pun terbangun dan mulai bersiap-siap menuju puncak. Aku pun
meminum multivitamin agar lebih bertenaga saat di perjalanan menuju puncak dan
aku pun selalu mengoleskan minyak aromaterapi pada bagian paha dan betis setiap
akan melanjutkan perjalanan. Lumayan mengurangi rasa pegal. Rombongan kami
hanya membawa 1 tas berisi makanan ringan dan air mineral. Sekitar pukul 22.45
kami pun berkumpul bersama dan berdoa agar diberi kelancaran dalam perjalanan.
Pukul 23.00 kami mulai perjalanan ke puncak. Ternyata ada rombongan dari
Surabaya yang ikut kelompok kami. Perjalanan dipimpin oleh Bang Ridho dan Bang
Bibit. Aku pun memilih berjalan di tengah-tengah agar terlindungi oleh semua
pria di depan dan belakangku haha. Setelah berjalan kurang lebih 30 menit Bang
Arief muntah. Aku pun membantunya membalurkan minyak hangat ke leher dan
punggungnya. Setelah itu dia pun meminta untuk melanjutkan kembali perjalanan.
Setelah berjalan kurang lebih 15 menit Bang Arief muntah untuk yang kedua
kalinya. Dia pun meminum tolak angin dan tetap meminta melanjutkan perjalanan.
27 Desember 2015
Sekitar pukul 12
malam kami tiba di Arcopodo. Jalan di Arcopodo sudah mulai dengan pasir. Disana
terdapat batu prasasti. Kami tidak tahu apa yang tertulis di batu atau
sekitaran batu karena gelap. Setelah diberi intruksi oleh Bang Bibit dan Bang
Ridho kami pun mulai memasuki jalur pasir. Sungguh berat melewati jalur pasir
tersebut. Ternyata benar menurut beberapa senior yang telah mencicipi pasir
Mahameru ketika kita berjalan 2 langkah 1 langkah merosot. Sedih sekali
rasanya. Tapi aku pun mendoktrin otakku sendiri agar tetap semangat. Aku pun
berfikir bahwa aku telah jauh-jauh melalui perjalanan Bandung-Malang, Ranupani
hingga Kalimati itu untuk hari ini. Ya untuk menuju Mahameru. Di depan ku ada
Eng dan Cacan. Namun aku pun tertinggal oleh mereka karena aku istirahat
sedangkan mereka tidak. Aku pun sudah tidak kuat untuk mengejar mereka sehingga
aku memutuskan untuk beristirahat di pinggir jalur dan menunggu rekan ku yang
lain. Tak lama datang Bang Idrus dan Mas Rudi. Alhamdulilah akhirnya ada teman
juga. Aku pun meminta minum karena tidak membawa air. Setelah istirahat kami
pun melanjutkan perjalanan karena jika diam terlalu lama sangat lah dingin. Aku
pun mulai disiplin dalan perjalanan. Setelah berjalan 7 menit aku beristirahat
2 menit. Begitu seterusnya. Kami pun disusul oleh Mas Dani. Di perjalanan pun
sering kami dengar kata “Rock” atau “Batu” dari atas. Untungnya batu yang jatuh
bukan batu besar. Aku pun harus tetap fokus. Karena Mas Dani dan Mas Rudi
memutuskan untuk beristirahat lebih lama, aku dan Bang Idrus pun melanjutkan
perjalanan berdua karena aku sudah tidak tahan dingin jika harus berdiam diri
terlalu lama. Suhu saat itu mencapai -15 derajat celcius. Pantas saja ada
butiran-butiran es di sarung tanganku. Tanganku pun hampir tak bisa merasakan
apa-apa dan terasa baal. Padahal aku sudah menggunakan dua sarung tangan.
Ketika sudah ¾ perjalanan aku pun mulai sangat lelah dan hampir menangis. Tapi
aku tak mungkin menangis karena aku wanita kuat haha. Disitu aku pun
beristirahat lumayan lama. Aku dan Bang Idrus pun mengobrol agar kita tidak mengantuk.
Setiap istirahat aku pasti bertanya pada Bang Idrus berapa meter kita telah
lewati. Ternya setiap berjalan 7-10 menit kita hanya naik 15-30 meter. Sedih
sekali rasanya setelah jalan susah payah hanya 15 meter ketinggian yang
dicapai. Jam milik Bang Idrus terdapat altimeter dan alat pengukur suhu.
Setelah istirahat lumayan lama kami pun melanjutkan perjalanan ke puncak. Aku
selalu melihat ke depan dan bayangan puncak masih belum terlihat. Aku pun mulai
disiplin lagi dalam perjalanan. Jalan 7 menit istirahat 2 menit. Pukul 04.00
kami masih belum sampai puncak juga. Sekitar pukul 04.30 aku ingin beristirahat
namun menurut Bang Idrus sebaiknya kita istirahat di batu besar yang ada di
depan agar tidak terkena angin. Aku pun setuju. Teman-teman yang lain belum
terlihat. Setelah tiba di batu besar tersebut ternyata banyak pendaki yang
istirahat. Ternyata beberapa meter setelah batu tersebut adalah puncak.
Beberapa pendaki memberitahu aku bahwa aku sudah tiba di puncak. Menurut mereka
keadaan di puncak masih tertutup kabut sehingga mereka istirahat di belakang
batu untuk menunggu matahari datang dan terhindar dari angin yang sangat
kencang. Aku pun memanggil Eng dan Cacan. Ternyata mereka ada di depan. Cacan
sedang duduk dan Eng sedang tertidur. Dan aku merupakan wanita pertama yang
tiba di puncak pada hari itu. Senang sekali rasanya. Aku tiba di puncak pukul
04.40. sedangkan Eng tiba di puncak pukul 03.30 dan Cacan pukul 04.00. Setelah
matahari muncul sedikit kami pun pergi ke puncak. Puncak Semeru lebih luas dari
Puncak Slamet. Setalah tiba kami pun melaksanakan solat Subuh di Puncak.
Alhamdulilah kami bisa sampai puncak dengan selamat. Pemandangan di bawah
sangatlah indah namun sesekali pemandangan tertutup kabut. Sekitar pukul 05.15
Mas Dani, Mas Rudi dan Mas Hafid tiba di Puncak. Kami pun berfoto bersama.
Namun hasil nya tidak terlalu bagus karena keadaan di puncak masih tertutup
kabut. Sambil menunggu teman kami yang lain kami pun istirahat di puncak.
Keadaan di puncak sungguh dingin. Suhu disana mencapai -17 derajat celcius.
Ketika berada di puncak Gunung Slamet aku tidak menggigil tapi ketika disini
aku menggigil. Baru pertama kalinya aku menggigil di puncak Gunung. Sebenarnya
aku sudah tidak tahan dengan cuaca di puncak aku sudah ingin turun tapi karena
menunggu rekan yang lain aku pun bertahan di puncak sedangkan Mas Dani dan Mas
Hafid turun pukul 06.30. Sisa 5 orang di puncak yaitu aku, Cacan, Eng, Bang
Idrus dan Mas Rudi. Kami pun sepakat untuk turun pukul 07.30. Aku penasaran
mengapa Djoko dan Aris tidak tiba di Puncak. Aku fikir Aris keram. Pukul 07.00
ada seseorang yang datang aku fikir itu Bang Bibit karena cara berpakaian nya
sama sekali dengan Bang Bibit dan dia membawa tracking pole Eiger yang sama
dengan tracking pole milik Bang Bibit dan juga membawa kamera DSLR. Aku pun
berteriak memanggilnya namu orang tersebut tidak menoleh terhadapku. Akhirnya
Mas Rudi menghampiri orang tersebut dan ternyata orang tersebut bukanlah Bang
Bibit. Ketika di puncak muncul wedus gembel. Kami pun secepat mungkin mengambil
gambar kami ketika ada wedus gembel namun sayang wedus gembel tersebut cepat
sekali tertutup kabut. Wedus gembel tersebut muncul 2 kali. Di puncak juga kami
bisa melihat Gunung Bromo yang sedang Erupsi. Pukul 07.30 kami pun turun. Aku
turun secara merosot karena takut terjatuh. Namun setelah jalan beberapa puluh
meter aku pun melihat pendaki lain yang turun seperti orang sedang maik ski.
Aku pun mencoba nya. Dan aku pun turun dengan cara seperti itu. Cara itu sangat
mudah ternyata. Sekitar pukul 08.30 kami tiba di batas vegetasi. Wah ternyata
jalan turun lebih cepat 4 kali lipat dibanding dengan naik. Ketika naik kami
membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam menuju puncak. Tak disangka ternyata di
batas vegetasi ada Djoko dan Aris. Aku pun mengomel kepada mereka mengapa
mereka tidak ke puncak dan membuatku menunggu hingga menggigil di Puncak.
Ternyata Bang Arief terserang hipotermi. Dan Djoko dan Aris pun melakukan
pertolongan pertama dengan membungkus tubuh Bang Arief dengan alumunium foil.
Banyak cara mengatasi hipotermi. Salah satunya adalah skin to skin. Menurut
jurnal yang telah aku baca skin to skin merupakan cara cepat mengatasi
hipotermi karena perpindahan suhu dari orang dengan suhu normal dengan orang
yang mengalami hipotermi sangat cepat. Sehingga membuat suhu badan orang yang
terkena hipotermi lebih cepat naik. Setelah mengantar Bang Arief ke tenda
mereka pun mencoba kembali untuk ke puncak. Namun karena kondisi fisik dan
keterbatasan logistik mereka hanya sampai ¾ puncak dan kembali turun ke bawah.
Ketika istirahat aku membersihkan sarung tangan dan sepatu yang dipenuhi pasir.
Maklum diantara kami tidak ada yang memakai geiter jadi pasir langsung masuk ke
sepatu. Aku bersumpah jika naik gunung dengan medan pasir aku akan memakai geiter.
Pasir Mahameru agak jahat juga terhadap sepatu. Sepatu ku yang telah aku pakai
ke beberapa gunung lain menjadi sedikit terbuka bagian depannya. Setelah
beristirahat selama 30 menit kami melanjutkan perjalanan ke camp Kalimati.
Perjalanan menuju Kalimati memakan waktu 30 menit. Setelah tiba di camp aku pun
“menjenguk” Bang Arief di tendanya ternyata dia sudah baikan dan sudah bisa
bercanda lagi dengan kami. Sedangkan abang-abang dan mas-mas yang lain sedang
tidur. Aku pun langsung istirahat di tenda. Tak lama karena hanya tidur 1,5 jam
tadi malam aku pun tidur dengan posisi kaki lebih tinggi dari jantung dengan
cara menyimpan kaki di atas carier. Jam 12 aku terbangun. Karena lapar aku
memasak mie instant. Hari itu kami tidak masak dan makan bersama kami memasak
mie instant masing-masing. Setelah makan aku merasakan panggilan alam. Untung
di Kalimati terdapat wc umum. Aku pun BAB di wc umum tersebut. WC tersebut
berupa tempat yang ditutupi oleh seng bercat hijau dan hanya terdapat lubang
untuk BAB dan BAK. Lumayan, membuat kita tidak usah menggali tanah. Pukul 14.00
kami membereskan tenda dan barang bawaan dan bersiap-siap untuk perjalanan
pulang ke Ranukumbolo. Pukul 15.30 setelah solat kami pun melanjutkan jalan ke
Ranukumbolo. Jalan menuju Ranukumbolo merupakan turunan. Jari-jari kaki terasa
sakit ketika melawati jalanan menurun. Aku berjalan di tengah bersama Mas Rudi
dan Mas Hafid. Sedangkan di depan ada Eng, Cacan, Bang Idrus, Bang Arief dan
Mas Dani. Dan di belakang ada Bang Bibit, Bang Ridho, Aris dan Djoko. Kami menjadi
3 grup karena jarak kami cukup berjauhan. Pukul aku, Mas Rudi dan Mas Hafid
tiba di Ranukumbolo sedangkan grup yang pertama sudah tiba sejak pukul 18.00.
dan grup ketiga tiba pukul 18.30. ketika tiba di Ranukumbolo aku merasa tidak
enak badan dan kedinginan. Aku pun meminta temen-temanku untuk membangun tenda
secepatnya. Setelah tenda selesai dibangun aku pun tidur di dalam tenda karena
tidak kuat dingin. Sepertinya aku demam karena semua badanku terasa hangat. Aku
pun solat dahulu di dalam tenda. Setelah itu aku pun tidur menggunakan mukena
agar lebih hangat dan Cacan memberikan aku sleeping bag nya untuk dipakai
karena sleeping bag dia ada di luar dan sleeping bag ku masih ada di dalam
carier. Disitu aku pun menangis karena sedih teringat pada ibuku. Biasanya jika
aku demam ibuku yang merawatku tetapi kondisi saat ini aku sedang berada di
Ranukumbolo dan ibuku di rumah. Sungguh air mataku banyak sekali mengalir.
Tetapi aku beruntung mempunyai teman-teman yang perhatian. Aku pun meminta obat
penurun demam kepada Aris dan Eng pun membuatkan aku mie cup dan menyuruh aku
memakan mie tersebut sebelum minum obat. Eng pun membereskan semua barangku dan
mengeluarkan sleeping bag untuk dipakai Cacan. Aku pun langsung tertidur pulas
setelah minum obat. Sekitar pukul 22.30 mereka pun mulai masuk ke tenda dan
akan istirahat. Aku pun terbangun dan pindah posisi agar tenda muat untuk kami
tidur.
28 Desember 2015
Aku terbangun
pukul 05.00 dan melihat keadaan di luar sudah cerah. Alhamdulilah aku merasa
baikan dan demamku sudah reda setelah meminum obat antipiretik yang aku minum
tadi malam. Di luar terlihat Bang Bibit dan Bang Ridho sedang mengambil foto
sunrise. Mereka menanyakan keadaanku dan aku menjawab sudah sehat dan baikan.
Aku pun mengambil air wudhu di danau Ranukumbolo. Dingin namun terasa segar.
Aku pun membangunkan teman yang lain. Sekitar pukul 07.00 aku pun memasak.
Kelompok lain juga memasak. Kami memasak sisa makanan yang ada. Setelah semua
masakan matang kami pun menyiapkan tempat makan menggunakan trash bag (yang
masih bersih) untuk makan. Setelah itu kami menyimpan semua makanan diatas
kertas nasi yang berjejer diatas alas (trash bag bersih). Kami pun makan
bersama-sama. Sungguh nikmat sekali makan dengan cara seperti itu. Makanan pun
habis dan yang tersisa hanya kerak nasi saja haha. Setelah makan semua alat
masak yang digunakan aku dan Cacan yang mencucinya. Duh giliran cuci piring aku
lagi aku lagi. Aku dibantu Bang Arief dan Aris yang membawakan air untuk cuci
piring. Kami pun cuci piring 10 meter di dekat danau. Sebelum cuci piring kami
harus menggali tanah untuk sisa makanan dan lemak. Aku tidak tahu mengapa
rasanya susah sekali mencuci bekas kerak nasi. Setelah beres mencuci piring
kami pun berfoto di depan batu yang bertuliskan bahasa Sanksekerta mengenai air
dan danau Ranukumbolo. Batu tersebut diletakkan di dalam pagar dan di
pinggir-pinggir batu tersebut terlihat beberapa sesajen bekas Suku Tengger yang
berdoa di batu tersebut. Dan setelah foto-foto dekat batu kami pun berfoto
dekat danau. Dan beberapa teman ada yang berfoto di tanjakan cinta dan berharap
mereka menemukan cintanya disana haha. Sekitar pukul 10.00 kami beres-beres
tenda dan barang bawaan. Dan sekitar pukul 10.30 kami pun menuju perjalan
pulang ke Ranupani. Sebelum melanjutkan perjalanan kami berdoa terlebih dahul
agar diberi keselamatan hingga Ranupani. Kami beristirahat di pos 4 selama 10
menit. Ketika di pos 3 Eng dan Bang Arief melanjutkan perjalanan terlebih
dahulu. Karena aku ingin buang air kecil aku pun melanjutkan perjalanan
menyusul Eng dan Bang Arief ditemani Aris, Cacan dan Bang Idrus. Karena barang
bawaan sudah semakin ringan dan jalan yang menurun kami pun berjalan dengan
cepat. Di pos 2 Cacan dan Aris menyuruh aku duluan. Aku pun duluan ditemani
Bang Idrus. Tak lama setelah pos 1 turun hujan. Aku pun belum memakai jas hujan
karena hujannya masih belum terlalu besar. Dan ketika hujan membesar Bang Idrus
menyuruhku untuk memakai jas hujan. Namun ia sendiri tidak memakai jas hujan
karena dia mengatakan sudah dekat. Ketika sedang memakai jas hujan ada yang
memanggilku dari belakang dan ternyata itu adalah Aris. Akhirnya Bang Idrus
melanjutkan perjalanan duluan karena aku sudah ditemani Aris. Jalanan sangatlah
licin bahkan ada pendaki wanita yang terpeleset. Aku pun harus ekstra hati-hati
karena jalanan licin dan menurun. Sekitar pukul 13.00 aku dan Aris tiba di
ladang warga. Alhamdulilah sudah sampai. Dan kami bertemu pendaki asal Bandung
yang sedang menunggu temannya. Kami pun duluan karena aku sudah tidak tahan
ingin BAK. Pukul 13.15 aku dan Aris tiba di Ranupani. Terlihat Bang Idrus yang
sedang istirahat dan Eng yang sedang makan bakso malang dan telah mandi. Huh
bikin iri. Aku pun bergegas untuk ke makan mandi. Aku pun sekalian mandi. Di
dekat kamar mandi tertera tarif menggunakan kamar mandi yaitu Rp.2.000 namun
ketika aku memberikan uang Rp.5000 tidak diberikan kembalian oleh mbah penjaga
kamar mandi. Aku pikir tidak ada kembalian jadi aku ikhlaskan saja hehe.
Ternyata setelah yang lain mandi tarif mandi adalah Rp.5.000. Setelah mandi aku
pun membeli bakso malang. Setelah itu aku pergi ke pos perijinan pendakian
untuk lapor bahwa semuanya telah sampai. Kami pun membawa sampah sebagai bukti
kami membawa sampah kembali turun. Dan setelah diperiksa petugas tersebut
menyuruhku untuk membuang sampah di ujung dekat mushola. Dan disana sudah
banyak sekali sampah bekas para pendaki lain. Tak terbayang jika sampah
tersebut tidak dibawa kembali turun pasti akan menumpuk di area pendakian. Di
mushola aku bertemu Bang Arief yang sudah selesai solat. Dan ia pun menyuruh
kami untuk cepat-cepat ke jeep karena Mas Teguh sudah menunggu kami dari pukul
11.00. Aku pun memanggil teman-teman yang lain untuk segera naik ke jeep. Waktu
sudah menunjukkan pukul 14.00 Bang Arief pun mulai cemas karena dia harus sudah
tiba di Bandara Djuanda Surabaya pukul 21.00. Di tempat jeep kami bertemu
rombongan pendaki dari Bandung dan berdiskusi mengenai transportasi ke Bandung.
Mereka berencana ke Stasiun Malang mencari tiket yang masih kosong. Sedangkan
kami berencana naik bis dari Malang atau Surabaya. Kami pun bertukar nomor
handphone untuk berkoordinasi nanti. Kami pun melanjutkan perjalanan ke
Tumpang. Karena Bang Bibit dan Bang Ridho berencana pulang esok hari, mereka
turun di rumah Mas Kentung. Sedangkan kami turun di pasar Tumpang. Dari Tumpang kami melanjutkan perjalanan ke
Stasiun menggunakan angkutan umum. Ongkos angkutan umum ke terminal Arjasari
yaitu 120 ribu dan ongkos per orangnya 12 ribu. Sebelum menuju terminal kami
mampir di pusat oleh-oleh khas Malang. Disana dijual semua oleh-oleh khas
Malang seperti makanan, minuman dan kaos. Jika di Bali sama seperti Krisnha.
Mereka rata-rata membeli keripik apel untuk oleh-oleh. Setelah membeli
oleh-oleh perjalanan dilanjutkan ke terminal Arjosari. Kami tiba di terminal
pukul 16.45. Bang Arief dan Bang Idrus terburu-buru untuk naik bis ke Surabaya
karena mereka harus check in jam 21.00 di Bandara. Mereka pun langsung
berpamitan pada kami. Disana kami bingung karena tidak ada angkutan ke Bandung
dan hanya ada angkutan menuju Jakarta dan melawati jalur pantura. Setelah
diskusi panjang kami pun memutuskan untuk naik bis tersebut dan turun di
Cirebon. Dari Cirebon kami berencana untuk naik bis Bhineka atau Sahabat. Dan
ternyata Mas Rudi juga menumpang bis yang sama dengan kami. Sedangkan Mas Dani
dan Mas Hafid naik bis menuju Purwokerto dan langsung berpamitan untuk menaiki
bis tersebut. Harga tiket bis menuju Cirebon yaitu 170 ribu. Menurut petugas
tiket bis yang akan kami tumpangi bis berangkat pukul 19.00. Kami pun makan
malam terlebih dahulu di warung makan yang ada di dalam terminal. Ketika kami
makan Kang Agung yang berasal dari Bandung menelepon kepada Aris. Mereka tidak
dapat tiket kereta dan sudah ada di terminal dan menanyakan transportasi
pulang. Aku pun langsung menjelaskan kepada mereka bahwa ada bis menuju Jakarta
dan masih kosong. Aku pun menjemput rombongan mereka ke depan terminal dan
mengantarkan mereka ke tempat penjualan tiket. Akhirnya mereka melanjutkan
perjalanan ke Bandung bersama kami. Ternyata bis tersebut merupakan bis
pariwisata sewaan P.O bis, dan bukan armada milik mereka. Kondisi bis tersebut
kurang nyaman karena tempat duduknya sedikit reyot dan AC nya sering sekali
mati. Supir bis tersebut sering menyalakan klakson sehingga membuat kami susah
tidur karena bising. Ketika tiba di Surabaya kami yang baru beberapa menit
tertidur terbangun oleh suara penumpang yang berteriak “jangan diladenin Pak “
dan ternyata ada sebuah mobil swift di depan bis yang kami tumpangi sengaja
menghalangi jalan kami. Ketika bis akan ambil jalan ke kanan mobil tersebut
langsung zigzag ke kanan begitu pun sebaliknya. Karena kesal Eng, Aris, Djoko
dan satu penumpang lain mencoba keluar untuk menegur pengemudi mobil swift
tersebut karena sungguh membahayakan keselamatan kami penumpang bis. Dan ketika
tiba di satu perempatan mereka ber 4 turun untuk menegur bis tersebut. Kernet
dan supir bus tersebut memprovokasi mereka ber4 yang sedang dilanda amarah. Eng
menggedor kaca mobil tersebut agar si pengemudi turun namun ia malah menelopon.
Sepertinya ia menelepon rekannya karena takut. Suasana makin kacau ketika
mereka berusaha untuk membuka pintu mobil secara paksa. Namun akhirnya si
pengemudi mobil tak beriman tersebut berhasil kabur lewat kiri jalan dan hampir
menabrak motor. Dan mereka ber4 masuk kembali ke dalam bis. Aku pun merasa ikut
kesal karena pengemudi tersebut sepertinya merasa paling hebat tetapi akhirnya kabur juga. Perjalanan terasa
sangat panjang. Kami pun tertidur pulas setelah kejadian tersebut. Mungkin kami
lelah. Pukul 05.30 kami istirahat di rumah makan. Kami pun solat subuh meskipun
sudah telat. Setelah solat kami pun sarapan. Karena setelah turun gunung kami
mandi kami tidak mandi. Sedangkan rombongan Bandung yang lain mandi karena
sebelumnya belum mandi. Pukul 07.00 kami melanjutkan perjalanan. Ternyata Mas
Rudi pamit untuk turun di Pemalang karena istrinya berada di Pemalang. Sekitar
pukul 11.00 kami tiba di Cirebon. Kami berhenti di sebuah tempat yang bukan
terminal. namun supir tersebut sudah meminta supir bis Bhineka untuk menjemput
kami yang menuju ke Bandung di tempat tersebut.
Dan kami pun naik bis tersebut dengan tarif 50ribu hingga terminal
Cicaheum. Namun karena hanya ada rombongan kami dan rombongan Bandung serta 3
penumpang lain bis tersebut sering sekali mengetem. Bis tersebut juga sering
menaik turunkan penumpang sehingga perjalanan terasa sangat lama menuju
Bandung. Sekitar pukul 17.45 bis tiba di Cibiru dan rombongan Bandung (Kang
Agung) turun di Cibiru untuk melanjutkan perjalanan ke Cibeureum dan Cimahi.
Bis tersebut tiba di terminal Cicaheum pukul 18.30. dan kami pun melanjutkan
perjalanan ke rumah Eng. Sekitar pukul 18.45 kami tiba di rumah Eng dan
beristirahat. Tak lama kami pun membeli bakso di depan RS Santo Yusuf yang
dikenal enak. Kami pun merasakan nikmat yang luar biasa bisa makan bakso lagi
haha. Dan pukul 20.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing. Sungguh
pengalaman yang berharga bisa mendaki Gunung Semeru. Berada di atas puncak
Mahameru, puncak tertinggi di Pulau Jawa, bisa bertemu sahabat baru yang
dinamakan Cempulek Jebul, bisa mensyukuri kuasa Allah SWt lebih dekat. Semoga
anak cucuku bisa mencumbui pasir Mahameru seperti lirik yang ada di lagu
Mahameru ciptaan Ahmad Dhani. Dan semua lirik yang ada di lagu Mahameru aku
rasakan semua. Terimakasih ya Allah telah memberikan aku kesempatan untuk bisa
menginjakkan kaki di puncak abadi para dewa. Semoga aku bisa mengijakkan kaki
di puncak Dewi Anjani seperti cita-citaku sejak SMP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar