Selasa, 08 Desember 2020

Perjalanan ke Gunung Gede via Gn.Putri (naik)

 Pendakian kali ini merupakan pendakianku yang ke 2 kali ke Gunung Gede. Pendakian pertama aku lakukan saat kuliah dan pendakian kedua ini aku lakukan 8 bulan pasca operasi sesar. Perjalanan ini aku lalui bersama kawan -kawan di kantorku. Mereka berjumlah 9 orang dan seperti biasa hanya aku wanita sendiri. Oh iya bebrapa orang pun mengkhawatirkan kondisi ku. Namun aku sudah konsul dengan dokter kandunganku dan diperbolehkan untuk melakukan kegiatan pendakian ini. 

and....the adventure begins.


Sabtu, 28 November 2020

Kami berkumpul di kantor sebelum perjalanan ke Cipanas-Cianjur. Setelah membagi-bagi barang kelompok dan packing ulang kami semua berdoa untuk keselamatan perjalanan kami.

pas berdoa gaada yang take foto karena khusyu ini pasca berdoa wqwq


Setelah berdoa kami pun berfoto di depan kantor karena depan kantor kami sudah instagrammable untuk dijadikan background foto wqwq.


Perjlanan ke Cipanas kami lalui menggunakan kendaraan kol bak. Angin sepoi-sepoi kami rasakan selama pejalanan. Di perjalanan kami berkesempatan untuk menggoda pengendara motor wanita. Kelebihan menggunakan kolbak ya kami bisa "ngecengin" pengendara lain haha. Perjalanan dari kantor dimulai pukul 8 pagi. 



Kami tiba di pos pendakian Gn Putri pukul 10 pagi. Kami pun packing ulang dan istirahat sejenak. Setelah berjalan 6 menit dari kami packing ulang kami tiba di Pos Simaksi. Di Pos Simaksi kami diminta untuk cek kesehatan di bawah tapi aku tidak mau karena kami sudah membawa suket sehat wqwq. Petugas Simaksi pun akhirnya merelakan kami menggunakan suket sehat yang kami bawa. 
wajah wajah kemenangan karena suket sehat dari Lapas yang menang

Perjalanan dimulai dengan trek menanjak dan dikedua sisi merupakan kebun warga. Dan saat berjalan harus berpapasan dengan motor warga yang membawa hail kebun.
kalo aku gaada di foto artinya mereka diam diam berfoto saat aku sudah jalan di depan haha


Setelah melewati kebun warga kami mulai memasuki hutan. Trek  yang kami lalui yaitu trek menanjak namun masih belum banyak terdapat akar pohon sehingga jalan kami pun dirasa cepat karena tenaga kami pun masih banyak. Pos 1 berada di dalam hutan dan terdapat warung yang menjajakan air mineral, gorengan dan semangka. Perjalanan dri pos simaksi ke pos 1 kurang lebih sekitar 1 jam.
Kami pun hanya beristirahan sebentar di pos 1 dan melanjutkan perjalanan ke pos 2. Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 cukup jauh. Banyak sekali pendaki yang mendaki via Gn Putri sehingga terkadang perjalanan kami sedikit terhambat karena harus mengantri (di Gunung bisa macet guys).

Setelah tiba di pos 2 kami pun beristirahat agak lama dan berfoto ria. Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 didominasi oleh pepohonan besar dan belum terlalu banyak akar pohon serta perjalanan masih menanjak dan tidak begitu curam. Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 kurang lebih 30 menit.
eh akunya gaada


Perjalanan ke pos 3 kami lalui dengan medan tanah dan pohon pohon yang tinggi. Jalan pun masih tergolong bagik karena banyak beberapa jalur yang landai . Dan diperjalanan turun hujan sehingga kami harus memakai jas hujan. Perjalanan pun mulai macet karena banyaknya pendaki. Perjalalan dari pos 2 ke pos 3 kami lalui 1 jam 15 menit. Di pos 3 terdapat warung dan gazeboo.

masih bisa tersenyum karena jalan landai wqwq


Perjalanan ke pos 4 tergolong perjalanan yang sangat melelahlkan. Jalan yang curam, tanjakan yang tinggi tinggi, akar pohon yang banyak dan licin dan juga disertai hujan lebat. Tak lupa antrian ketika berjalan karena banyak sekali pendaki yang mendaki di nari itu. Padahal di kuota simaksi hanya dibatasi 300 pendaki tapi kenyataannya lebih dari itu huh sebal. Terdapat 2 pos bayangan yang bikin php wqwq. Setiap pos disini terdapat warung. Di dalam perjalanan ke pos 4 ini kami tidak mendokumentasikan perjalanan dikarenakan hujan yang sangat deras sehingga sudah memakai jas pun baju tetap basah (iya lah Nurul kan pakai jas hujan plastik 7 ribuan). Mental pun diuji disini jalan panjang, hujan sangat deras, rombongan terpisah menjadi 3 kelompok. Perjalanan dari pos 3 ke pos 4 kami tempuh dengan waktu kurang lebih 2 jam 45 menit.

Perjalanan meuju pos 5 pun tidak beda jauh dengan perjalanan sebelumnya. Jalan yang sangat curam, tanah yang licin, akar yang banyak, pendaki yang bejibun mendominasi perjalanan kami kali ini. Ditambah dengan kondisi langit yang sudah gelap. Kami terpisah menjadi 3 rombongan.  Dan aku berada di rombongan tengah hehe. Mental diuji ketika setiap melihat ke depan hanya terlihat tanjakan curam dan vegetasi pun masih banyak pohon tinggi. Setelah berjalan cukup lamaaaaa kami pun akhirnya menemukan jalan datar. Jalan datar itulah yang mengantarkan kami ke pos 5. Di pos 5 sudah ada Pak Omay dan Ogie (diesel banget sih) menunggu kami. Akupun istirahat sejenak dan hanya melihat mereka memasang flysheet (masih hujan). Aku hanya diam karena sangat dingin (pakaianku basah semua). Akhirnya rombongan ketiga tiba dan kami pun memutuskan untuk jalan ke alun-alun timur untuk membangun tenda untuk istirahat dan mengganti baju ytang basah. Perjalanan dari pos 4 ke pos 5 kami lalui sekitar 2 jam. 

Kami pun memutuskan untuk membangun tenda di pertengahan alun-alun karena kondisi kami yang sudah lemah dan kedinginan. Kami membangun 3 tenda di lahan diantara pohon pohon Edelweiss. Setelah membangun tenda kami pun mengganti pakaian, melaksanakan sholat dan memasak.


Sebagai ibu ibu aku pun tau diri untuk memasak. Untung nya kami membawa 3 kompor. Kompor pertama aku gunakan untuk memasak air, kompor kedua aku gunakan untuk memasak nasi dan kompor ketiga aku gunakan untuk memasak suki. Mewah bukan memasak suki di Gunung ? Terima kasih Pak bos hehe. 
guys itu bukan gaun itu mukena wqwq


Pukul 9 malam kami pun makan malam. Dan tak lama karena kami sudah lelah kami pun istirahat tidur. Hujan gerimis pun menghantarkan kami tidur saat itu. 

To be continued  (wqwq sok sokan biar postingan di blog nya banyak)

Ini baru bisa nulis saat di kantor karena kalo di rumah udah gabisa karena riweuh sama si Kyoup








Minggu, 25 Februari 2018

JODOH TAKKAN DATANG WALAU SESAAT, TAKKAN TELAT WALAU SEMENIT


JODOH TAKKAN DATANG TELAT WALAU SESAAT, TAKKAN DATANG TELAT WALAU SEMENIT , BERSABARLAH WAHAI HATI

 Di usia ku yang sekarang ini tak sedikit orang yang bertanya “Rul kok kamu belum nikah sih ? Kan usia kamu udah pas buat menjalani biduk rumah tangga”. Banyak sekali orang yang mengatakan hal itu kepadaku. Awalnya ku tanggapi santai dengan berkata “aku masih suka main jadi kalo nikah takut nanti gabisa main. Kan harus mengurus rumah tangga dengan baik, hehe” kataku. Namun karena melihat teman teman sebayaku banyak yang sudah menikah dan bahkan tak sedikit yang telah mempunyai buah hati yang sekarang sudah beranjak memasuki usia sekolah, terkadang aku berfikir betul juga ya mengapa saat ini jodohku belum tampak juga. Namun terkadang juga sedikit kesal pada nyinyiran orang. “Kenapa sih belum nikah aja ? Udah tua loh kamu, harusnya udah punya anak”. Ya aku tahu sekali jika usia ideal wanita untuk menikah adalah pada usia dua puluh dua tahun. Di usiaku yang segitu aku sedang berjuang di bangku kuliah untuk mendapatkan gelar sarjana. Dan tahun depannya aku sedang sibuk mencapai gelar profesiku.
Aku fikir tak semua wanita sebayaku mempunyai orientasi yang sama. Ada yang orientasinya setelah kuliah menikah, ada yang berorientasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, ada yang berorientasi untuk berkarier terlebih dahulu dan masih banyak lagi. Sekali lagi orientasi orang pada usiaku tak sama. Orientasiku adalah sebelum menikah aku harus mencapai mimpi-mimpiku yang aku impikan. Mungkin jika setelah lulus kuliah aku menikah aku tidak akan pergi mengabdi di timur negeri. Ya! Ketika kuliah aku ingin sekali setelah lulus pergi ke Papua entah untuk bekerja di perusaahan besar ataupun untuk mengabdi. Dan mungkin juga aku tidak akan mendaki gunung gunung tinggi yang merupakan cita-citaku sedari sekolah menengah.

Memang pernah ada beberapa orang laki-laki yang datang ke rumah untuk mengajakku untuk ber-taaruf tapi jika Allah belum berkehendak dan menurut Lauhul Mahfuz jodohku  bukan dia dan waktu yang tepat bukan saat itu tidak akan pernikahan. Terkadang aku penasaran mengapaAllah belum meberikan jodoh untukku. Terkadang aku iri dengan teman-teman yang sudah menemukan jodohnya. Kufikir itu hal yang manusiawi. Tapi sekarang aku mulai paham Allah pasti akan memberikan jodoh di waktu yang sangat tepat. Mungkin Allah ingin aku memperbaiki diriku agar aku dapat memantaskan diri untuk jodohku kelak. Dan mungkin aku harus lebih bersabar jika ada orang yang bertanya kapan aku menikah. Mungkin orang tersebut sayang kepadaku dan ingin aku segera mendapatkan pendamping. Karena jodoh takkan datang walau sesaat, takkan telat walau semenit, bersabarlah wahai hati.

Sukabumi, 25 Februari 2018

-Ketika libur gak pulang kampung-





Minggu, 02 Juli 2017

PDW atau PIW ?







Dari SMP aku sudah tau Wanadri. Dan Tuhan menakdirkanku untuk bersekolah di dekat sekretariat Wanadri. Setiap PDW aku dan teman-teman selalu menonton pembukaan PDW di taman pramuka tepat sekali di depan sekolahku. Saat itu aku dan teman-teman sangat tertarik bergabung bersama Wanadri. Bahkan kita memiliki idola “tuan” yang menjadi peserta PDW. Dan berharap idola kita bertahan sampai penyematan syal. Saat SMA aku pernah masuk ke sekretariat Wanadri untuk mengembalikan alat yang kita pinjam dahulu. Dahulu aku ingin sekali ikut dalam SPG (Sekolah Pendaki Gunung) yang diadakan di Wanadri. 
Materi terberat "navigasi"
Namun orang tuaku tidak mengijinkan sehingga tidak mungkin memberikanku uang untuk biaya SPG. Waktu terus berlalu dan tibalah saatnya meninggalkan SMA. Selepas lulus SMA aku kuliah di UNPAD. Anggota Wanadri banyak yang mengenyam pendidikan di UNPAD. Tapi aku berkuliah di fakultas yang tidak terpapar Wanadri haha. Namun pada saat masa bimbingan angkatanku, panitia mendatangkan Abah Iwan sebagai pemateri. Di situ Abah Iwan bercetita mengenai kehidupannya dan beliau juga menceritakan mengenai awal pertama beliau berkecimpung di Wanadri. Disitu teman-teman kuliahku banyak yang ingin ikut Wanadri. Alasannya ? biar keren kaya Abah Iwan katanya. Pendidikan Dasar Wanadri atau PDW didakan setiap 2 tahun sekali. Pada tahun 2012 aku berencana mengikuti Wanadri namun terbentur dengan jadwal kuliah. Terkadang disaat fakultas lain libur fakultasku belum libur atau sudah masuk perkuliahan. Dan juga orangtuaku tidak mengijinkan. Jangankan ikut PDW 2012, mengikuti diksar SARUNPAD  pun aku dilarang. Katanya aku harus fokus kuliah. Nanti takut jadi MAPALA jika terlalu mementingkan organisasi. MAPALA itu bukan mahasiswa pencinta alam melainkan mahasiswa paling lama haha. Akhirnya aku mengikuti organisasi internal fakultas saja. Dan pada tahun 2014 Wanadri mengadakan roadshow di kampusku. Aku dan teman-temanku antusias menghadiri roadshow tersebut. Disitu hasrat ingin mengikuti PDW 2014 semakin tinggi. 
Ekspresi nemu kue
Namun ada saja halangan. Di tahun yang sama aku sudah mulai profesi. Sebelumya kufikir profesi dimulai pada bulan Agustus. Namun
Ternyata di bulan Juli sudah dimuai dan sudah mulai stase. Yah sudahlah gagal maing gagal maning. Kesempatan datang lagi pada tahun 2016. Saat itu pembukaan PDW sudah dimulai sejak bulan Februari. Aku yang saat itu kebetulan sedang belum bekerja berencana mengikuti PDW. Namun pada bulan itu terdapat beberapa wawancara kerja. Dan aku pun tidak jadi ikut PDW karena lolos Pencerah Nusantara. Aku sempat mengantar temanku untuk mengambil formulir PDW di sekretariat Wanadri di Jalan Aceh. Aku menunggu temanku di luar. Dan ada seorang perempuan usia nya kira-kira diatasku beberapa tahun yang menyuruhku masuk ke dalam sekretariat. Namun temanku itu tidak jadi ikut PDW dikarenakan kuota sudah terpenuhi. 
Teh Mili
Pada saat pelatihan Pencerah Nusantara aku beruntung sekali bisa dilatih dan ditempa selama beberapa hari oleh Wanadri. Namanya juga pelatihan kakak-kakak Wanadri sangat baik mengajari kami. Mungkin jika saat pendidikan dasar Wanadri semua pelatih seperti itu pasti betah meskipun sedang pendidikan. Tidak tahu mengapa aku ingin sekali jadi anggota Wanadri. Tapi setelah pelatihan itu aku tersadar bahwa survival selama dua hari saja aku sudah sedikit kewalahan karena fisikku tak lagi seperti dahulu dan aku sudah jarang berlatih dan berolah raga saat itu. Dan ternyata salah satu pelatih yang melatih tim Pencerah Nusantara adalah kak Mili yang pernah aku temui saat di sekretariat Wanadri. Aku senang sekali bertemu dengan kak Mili kembali tapi aku sedih saat itu aku berfoto dengannya tapi tidak tahu menggunakan ponsel siapa sehingga fotoku berdua dengan Kak Mili tidak kutemukan. 
Bukan lagi PDW kok cuma lagi pelatihan aja 
Dan ada seorang pelatih bernama Kang Andri berkata daripada ikut PDW mending jadi PIW (Persatuan Istri Wanadri) saja. Memang sedari dulu jika aku tidak ditakdirkan mengikuti PDW aku ingin mempunyai pasangan anggota Wanadri. Semoga takdir Allah untukku sesuai keinginanku. Dan semoga aku selalu tabah sampai akhir eh tabah sampai menemui pasangan hidup yang sesungguhnya.
*semua gambar diambil oleh Kang Andri

Gedebage, 3 Juli 2017
-Ketika kegabutan melanda-

Minggu, 18 Juni 2017

PURPALA phenomenon


Sekarang ini sudah mulai banyak anak muda yang hobi mendaki gunung. Semenjak adanya film 5 cm geliat masyarakat Indonesia untuk mencicipi keindahan alam Indonesia ini sungguh mengagumkan. Dahulu ketika naik gunung Cikuray tahun 2010 hanya ada rombongan dua pendaki yang mendaki gunung tersebut. Satu kelompok pendaki adalah kelompok saya dan satu kelompok pendaki lainnya yaitu pendaki yang berasal dari Bekasi. Kelompok kami dan kelompok Bekasi berasal dari organisasi pencinta alam di SMA masing. Saat itu kita bebas mendirikan tenda dimanapun karena tempat masih luas. Dan sampah pun masih jarang ditemukan. Hal itu sangat berbanding tebalik dengan tahun 2013 ketika saya mendaki Cikuray untuk kedua kalinya. Disana terdapat banyak sekali rombongan pendaki. Dan kami tidak mendapatkan tempat untuk mendirikan tenda. Banyak pendaki yang masih muda yang berusia belasan. Dan banyak juga pendaki yang hanya menggunakan sandal/sepatu tidak sesuai standar serta banyak juga pendaki yang tidak membawa kembali sampahnya turun ketika turun gunung.

Cikuray 2010

Ketika itu hanya ada 2 kelompok yang mendaki gunung Cikuray

Istirahat sejenak

Mau bergaya bagaimanapun bebas karena tempat masih luas

Puncak bayangan yang kami gunakan camp

Puncak yang masih keren namun sudah ada vandalisme hehe
Fantastic Four

Memakai sandal karena kaki lecet (safety shoes ada digunakan sebelum lecet)

Potret cikuray tahun 2013

Puncak Cikuray yang dipenuhi sesak oleh tenda-tenda


Jalan sebelum puncak yang masih dipenuhi tenda

Puncak Cikuray yang ramai macam gang bahkan untu mencari spot masak agak susah

Mari masak

Bikin tenda di Puncak ? aman ga ya ?

Namun tidak semua gunung yang banyak didaki, hanya gunung-gunung terkenal-lah yang banyak didaki. Contohnya ketika saya mendaki gunung Slamet di awal tahun 2014. Hanya ada 5 kelompok pendaki yang melakukan pendakian ke gunung Slamet. Padahal Slamet merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah. Mungkin karena medannya yang cukup berat dan kurang terkenal seperti Semeru, gunung Slamet bukan menjadi gunung favorit yang didaki.  Saat ini mendaki menjadi hal “gaya-gayaan”. Orang yang telah mendaki akan dianggap kuat, keren dan gagah. Dan bahkan ada suatu komunitas yang menyebut dirinya "PURPALA" yang merupakan kepanjangan dari pura-pura pencinta alam. Padahal naik gunung itu bukan sesuatu yang mudah menurut saya dan bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng. Tidak seperti di film yang sepertinya mudah dan tidak banyak halangan. Naik gunung itu perlu persiapan yang sangat matang. Selain persiapan fisik dan mental tentunya, diperlukan persiapan tentang pengetahuan mengenai alam bebas. Ya, jangan sekali-kali kamu meremehkan alam. Banyak hal yang tak terduga yang akan kita hadapi di alam. Hingga saat ini banyak sekali pendaki yang cedera bahkan  meninggal  ketika melakukan pendakian. Selain itu juga banyak pendaki yang tersesat. Dalam berkegiatan di alam bebas sebaiknya orang yang melakukan kegiatan alam bebas memiliki ilmunya. Bahkan ketika SMA saat saya mengikuti organisasi pencinta alam saya harus menghapal Kode Etik Pencinta Alam Indonesia dan Tridarma Utama. Bukan hanya menjadi hapalan. Hal tersebut juga harus diaplikasikan ketika kita menjalankan kegiatan di alam bebas. Selain itu banyak materi yang harus kita kuasai seperti manajemen perjalanan, survival, navigasi, search and rescu dan P3K. Mungkin jika semua orang yang melakukan pendakian paham dan mengetahui materi-materi tersebut hal-hal yang tidak diinginkan akan bisa diminimalisir. Banyak pendaki yang hilang ditemukan dalam keadaan lemas bahkan meninggal. Rimpala menyebutkan jika kita tersesat pedoman yang bisa kita gunakan adalah STOP ; Seating, Thinking, Observation and Planning. Kebanyakan pendaki yang tersesat panik sehingga bingung apa yang harus dilakukan. Selain itu juga pendaki yang tersesat biasanya kekurangan logistik. Disinilah gunanya pendaki mendalami ilmu survival. Pendaki juga harus mengamalkan semboyan survival ketika sedang dalm keadaan tersesat. Semboyan tersebut adalah :
S : Size up the situation
U : Undue haste make waste
R : Remember where you are
V : Vanquish fear and panic
I : Improvies
V : Value Living
A : Act like the native
L : Learn the basic skill.
Semoga nantinya tidak ada lagi pendaki yang hilang, meninggal di gunung karena kurangnya persiapan, pengetahuan saat mendaki. Buat pemula sangat diperbolehkan mendaki gunung, tetapi kita lihat seberapa besar kemampuan kita. mendakilah di Gunung yang tidak terlalu tinggi, medannya landai dan jangan lupa didampingi oleh yang telah berpengalaman dalam mendaki gunung/porter. Dan sebaiknya sebelum mendaki gunung pelajari dahulu materi kegiatan alam bebas, persiapan mental dan fisik dan juga tak kalah penting restu orang tua. Jika orangtua merestui perjalanan kita insyaAllah kita diridoi juga oleh Sang Pencipta. Dan jangan lupa jangan berbicara sembarangan ketika berada di alam bebas.

Jumat, 29 Januari 2016

Perjalanan Ke Gunung Semeru dari Bandung


 PERJALANAN TIM NATURE KE GUNUNG SEMERU
Sebenarnya rencana kita adalah mendaki gunung Rinjani yang berada di Pulau Lombok. Bahkan kita sudah merencanakan dari beberapa minggu sebelumnya untuk mendaki gunung tertinggi ke 3 di Indonesia itu. Namun setelah menghubungi pihak dari Taman Nasional, ternyata pendakian ke Gunung Rinjani hanya diperbolehkan hingga ke Plawangan Sembalun/Senaru. Karena ongkos ke Lombok memakan biaya yang lumayan besar  kita memutuskan untuk membatalkan perjalanan ke Gunung Rinjani karena akan sangat disayangkan bila pergi ke sana hanya sampai Plawangan Sembalun/Senaru. Karena kita sangat ingin pergi mendaki aku pun memberikan ide untuk mendaki Gunung Semeru saja. Aku mengusulkan kepada teman-teman untuk pergi saat pergantian tahun namun dikarenakan ada beberapa teman yang mempunyai agenda lain pada malam pergantian tahun aku mengusulkan untuk pergi pada tanggal 23 Desember 2015. Kami pun berkumpul kembali untuk membahas perjalanan ke Semeru. Sebelum berkumpul dengan teman-teman aku bertanya mengenai SIMAKSI kepada teman SMA-ku yaitu Eko. Eko telah mendaki Gunung Semeru pada bulan November lalu. Pada saat Eko mendaki bulan November dia melakukan pendaftaran secara offline (langsung di pos Ranupani). Dan Eko pun memberikan nomor telepon Mas Kentung pemilik jeep yang mengantarnya ke Ranupani dan nomor Mas Teguh pemilik angkot yang mengantarnya dari stasiun ke Tumpang. Menurut Eko banyak sekali hal yang harus dipersiapkan untuk mendaki Gunung Semeru salah satunya adalah surat keterangan sehat. Semua pendaki yang akan mendaki Gunung Semeru harus membawa surat keterangan sehat bila tidak membawa tidak akan diperbolehkan untuk mendaki. Sebelumnya aku berencana untuk melakukan SIMAKSI online, namun untuk pendakian tanggal 24-27 Desember kuota sudah habis. Dan pada saat berkumpul bersama rekan-rekanku aku pun melepon Mas Kentung namun teleponnya sedang tidak aktif dan aku menelepon Mas Teguh dan diangkat. Menurut Mas Teguh untuk pendakian tanggal 25 masih ada kuota. Aku sangat bersyukur karena bisa melakukan pendakian ke Mahameru. Namun ada hal lain yang membuat kami bingung yaitu transportasi dari Bandung ke Malang. Semua tiket kereta api dari kelas ekonomi hingga eksekutif telah habis baik menuju Malang, Surabaya, Jombang dan kota-kota di Jawa Tengah pun habis maklum sedang libur panjang. Mungkin orang-orang Indonesia sedang butuh piknik. Kami pun berniat untuk naik bis langsung ke Malang namun ternyata bis juga penuh. Karena tekad kami terlalu kuat untuk mendaki Gunung Semeru kami pun nekad untuk pergi meskipun belum ada transportasi pasti menuju Malang. Sebelumnya kami berencana untuk pergi ber-7. Aku, Eng, Cacan, Aris dan Djoko pergi dari Bandung, sedangkan Dudu dan Dinny dari Kediri karena mereka sedang les bahasa Inggris disana. Namun karena tidak mendapatkan ijin Dudu dan Dinny tidak jadi ikut mendaki. Dan akhirnya kami ber 5 lah yang akan mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut.
23 Desember 2015
Kami janjian pukul 15.00 di rumah Eng karena letak rumah Eng tidak jauh dari terminal. Kami berdiskusi mengenai transportasi, dan kami pun sepakat untuk naik bis ke Purwokerto dan dari Purwokerto naik bis jurusan Malang. Setelah berkemas, kami pun pergi ke terminal pada pukul 16.45. Dan pada pukul 17.00 kami tiba di terminal. Tak disangka di terminal banyak sekali penumpang yang sepertinya akan berlibur atau mudik ke daerah asalnya. Sebelumnya kami pernah melakukan perjalanan ke Prau dan menaiki bis jurusan Wonosobo. Bis tersebut biasanya pergi pukul 19.00. Ketika kami menanyakan kepada penjual tiket bis ternyata tiket bis tersebut hingga esok hari telah habis. Namun kami tidak kehilangan harapan, kami selalu mencari ke semua kernet bis masih adakah bangku yang kosong. Namun semua bis menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur penuh. Akupun sudah kehilangan harapan. Namun secercah cahaya datang dari ufuk timur hehe. Tiba-tiba datang bis jurusan Purwokerto. Bis tersebut bis AC Ekonomi yang body nya sudah tidak mulus lagi dan tempat duduk nya pun sudah lumayan jelek. Aku lupa nama bis itu tapi bis itu serupa dengn bis Aladin. Tanpa berfikir panjang aku pun langsung menaiki bis tersebut dan menduduki kursi  dan menempatkan tas untuk temanku yang lain. Dalam hitungan menit bis tersebut langsung penuh bahkan ada penumpang yang tidak kebagian tempat duduk memutuskan untuk duduk di dekat supir. Namanya juga bis ekonomi, meskipun sudah penuh bis tersebut masih menaikkan penumpang sehingga banyak penumpang yang harus berdiri. Sebenarnya aku dan teman-temanku ingin gantian berdiri dengan penumpang yang berdiri karena kasihan mereka harus berdiri hingga 8-9 jam perjalanan. Namun kami menurungkan niat tersebut karena kami akan melakukan trekking yang panjang, sehingga membutuhkan energi untuk trekking. Bis tersebut meninggalkan terminal Cicaheum pukul 18.15. Ongkos bis butut tersebut sangatlah mahal yaitu 80 ribu padahal bis Sinar Jaya saja yang kondisi nya sangat bagus hanya 70 ribu. Mungkin kernet tersebut ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan pikirku. Bis kami berhenti di tempat peristirahatan di Kota Ciamis. Kami pun melaksanakan solat Isya dan Magrib di tempat istirahat tersebut.
24 Desember 2015
Akhirnya bis tersebut tiba di Terminal Purwokerto pukul 02.30 pagi. Kami pun diam di terminal menunggu waktu subuh dan menunggu tempat penjualan tiket dibuka. Terminal Purwokerto bukan terminal yang asing dimata kami karena kami pernah singgah di terminal tersebut ketika pulang dari pendakian dari Gunung Slamet. Menurut tukang ojeg yang ada di Stasiun bis menuju Malang hanya ada pada sore hari sedangkan pada pagi hari hanya ada bis tujuan Surabaya. Kami pun sepakat untuk naik bis ke Surabaya dan dari Surabaya langsung ke Malang. Karena lapar aku pun memesan mie di warung yang ada di sekitar terminal. dan setelah adzan subuh berkumandang kami pun solat subuh di Masjid Terminal secara bergantian karena harus menjaga barang bawaan kami yang kami simpan di dekat warung ibu tempat aku membeli mie. Usai solat kami sarapan di warung ibu tempat aku membeli mie. Harga makanan di warung ibu tersebut tergolong murah. Aku hanya mengeluarkan uang 5 ribu saja untuk satu piring nasi dan 2 jenis sayuran. Setelah sarapan aku dan Eng bergegas untuk pergi ke tempat penjualan tiket. Tak disangka tempat penjualan tiket sudah penuh dengan antrian. Petugas penjualan tiket menanyakan tujuanku. Aku mengatakan tujuan kami adalah Malang. Menurut petugas penjualan tiket kami turun di Kertosono karena jika turun di Surabaya akan lebih makan waktu 2-3 jam lebih lama. Ongkos dari Purwokerto ke Kertosono Kediri adalah 145 ribu namun karena bis tersebut memberikan layanan makan jadi ongkos ditambah 10 ribu menjadi 155 ribu. Sedangkan ongkos ke Surabaya adalah 175 ribu. Bis tersebut pergi dari Stasiun Purwokerto pukul 06.30 pagi. Ketika akan menaiki bis tersebut sang kernet bis menanyakan tujuan kami, menurut kernet bis sebaiknya kita turun di Surabaya saja karena di Surabaya banyak angkutan menuju Malang. Namun kami memutuskan untuk turun di Kertosono saja. Sepanjang perjalan kami habiskan untuk tidur, namun kami tidak tidur terus sesekali kami menikmati pemandangan kota-kota yang kami lalui.  Bis tersebut sangat nyaman sekali, terdapat televisi dan stop kontak. Tempat duduknya sangan nyaman dan ergonomi. Berbeda sekali dengan bis yang kita naiki dari Bandung ke Purwokerto. Di perjalanan Mas Teguh menghubungi kami menurut Mas Teguh kami sebaiknya turun ke Surabaya saja karena lebih mudah transoptasi menuju Malang dari Surabaya dibanding dari Kertosono. Aku sedikit menyesal karena sudah ngeyel turun di Kertosono, tidak menuruti apa kata kernet bis sebelumnya. Hingga siang hari bis belum juga istirahat padahal kami sudah sangat lapar. Di tiket tertulis bahwa istirahat makan di Caruban. Tapi kami tidak tahu dimana Caruban. Pada pukul 16.45 bis menepi ke sebuah Rumah Makan. Alhamdulilah akhirnya makan juga. Sebelum makan kami melaksanakan solat dzuhur dan ashar (di jamak). Makanan yang disediakan sangat beragam. Dan kamipun bebas mengambil makanan sendiri. Karena terlampau lapar kami mengambil makanan yang memenuhi piring dan tak ada ruang tersisa di piring kami. Semua penuh dengan makanan hehe. Maklum kami belum makan siang. Setelah istirahat, sholat dan makan kami pun melanjutkan perjalanan. Tak lama dari tempat kami istirahat perjalanan terhambat karena macet yang sangat panjang. Supir bis yang kami tumpangi sangat jago. Dia selalu mengebut saat perjalanan tetapi mengebut secara halus dan tidak ugal-ugalan. Dia melipir ke kiri jalan bebatuan yang membuat kami merasa seperti menaiki mobil off road 4x4 hehe. Ketika sudah dekat kernet bis menanyakan lagi kepada kami apakah kami akan turun di Kertosono atau Surabaya. Kami pun menjawab untuk turun di Surabaya. Dan kami harus membayar lagi ongkos ke Surabaya 37 ribu padahal jika kami pesan ke Surabaya kami perlu membayar 175 ribu hanya selisih 20 ribu, kami jadi rugi 17 ribu deh. Kami sangat senang dan puas naik bis tersebut karena bis tersebut full music. Musik yang diputar mulai dari musik daerah (lagu Jawa), dangdut serta pop. Aku dan teman-temanku serta penumpang yang lain pun terkadang ikut bernyanyi. Apalagi ketika lagu-lagu Ada Band dan Armada diputar aku selalu bernyanyi pada setiap lagu hehe. Sampai-sampai aku dan Aris hafal satu lagu dangdut yang baru kami dengar karena lagu tersebut terlalu sering diputar dan selalu terngiang-ngiang di telingan kami. Judul lagu tersebut yaitu Gajah Kupu-Kupu hehe. Pukul 21.30 kami tiba di Terminal Surabaya. Ternyata bis menuju Malang tidak ada ketika kami tiba di terminal. Kami pun memutuskan untuk solat terlebih dahulu. Ternyata setelah kami sholat ada bis menuju Malang. Kamipun menaiki bis itu. Bis tersebut berangkat pukul 22.45. ongkos dari Surabaya ke Malang yaitu 25 ribu. Jadi total ongkos kami dari Bandung menuju Malang yaitu 272 ribu. Ongkos tersebut lebih murah dibanding dengan ongkos bis Kramat Djati dari Bandung menuju Malang langsung.
25 Desember 2015
Pukul 01.00 kami tiba di terminal Arjasari Malang. Kami tidak turun di terminal dan turun di depan pom bensin dekat terminal karena Mas Teguh menjemput kami disana. Setelah bertemu Mas Teguh kami diajak Mas Teguh untuk ke Stasiun Malang, siapa tau ada pendaki lain menuju Tumpang sehingga ongkos bisa lebih murah. Setelah tiba di Stasiun Malang kami pun ngopi di warung dekat stasiun. Disana terdapat beberapa warung yang terdapat tempat duduk lesehan. Pukul 01.50 Mas Teguh mengajak kami langsung ke rumah Mas Kentung karena menurut Mas Kentung sudah ada beberapa rombongan pendaki yang akan naik jeep bareng kelompok kami. Pukul 02.30 kami tiba di rumah Mas Kentung. Dan kami pun bertemu dengan rombongan lain yang akan gabung untuk naik jeep. Ongkos angkot dari terminal ke rumah Mas Kentung yaitu 130 ribu. Karena kami berlina ongkos tersebut kami bagi lima sehingga per orang membayar 26 ribu. Di rumah Mas Kentung terdapat 4 kelompok pendaki. Kelompok pertama berasal dari Bekasi namun kampung mereka berada di daerah Kebumen dan Cilacap. Mereka berjumlah 3 orang yaitu Mas Dani, Mas Rudi dan Mas Hafid. Sedangkan kelompok kedua berasal dari Tangerang. Mereka berjumlah 2 orang yaitu Bang Arief dan Bang Idrus. Kelompok ketiga berasal dari Jakarta yaitu Bang Bibit dan Bang Ridho. Terdapat 1 orang lagi yang berasal dari Jakarta yaitu Bang Rudi Buluk dia sendiri dan berencana untuk mendaki hingga Ranu Kumbolo saja. Kelompok kami dan kelompok Jakarta berencana untuk naik hari ini dan turun tanggal 28 Desember 2015. Kelompok Bekasi pun mengikuti. Sedangkan Bang Buluk berencana pulang tanggal 26 Desember karena hanya sampai Ranu Kumbolo saja. Kelompok Tangerang masih bingung karena mereka belum mendapatkan tiket pulang dan salah satu dari mereka harus sudah kerja pada hari Senin. Dan akhirnya mereka mengikuti semua kelompok untuk turun pada tangga 28 karena akhirnya mereka mendapatkan tiket pesawat ke Soekarno Hatta pukul 22.00. Akhirnya kami pun menjadi 1 kelompok besar. Bang Ridho, Bang Bibit, Eng dan Bang Buluk sebelumnya pernah mendaki Gunung Semeru. Namun karena kelompok kami (mereka bilang kelompok Bandung) paling banyak anggotanya jadi Eng yang menjadi ketua kelompok. Setelah mengisi formulir SIMAKSI kami melaksanakan solat subuh. Karena aku belum mandi aku mandi terlebih dahulu di rumah Mas Kentung. Mungkin mereka menganggap aku wanita yang selalu harus mandi padahal aku mandi karena badan sudah merasa lengket setelah perjalanan panjang Bandung-Malang. Sedangkan kesemua pria tersebut tidak ada yang mandi. Setelah semua beres solat kami pun berbelanjan kebutuhan logistik ke Pasar Tumpang. Karena surat keterangan sehat milikku, Eng dan Djoko tidak terbawa kamipun melakukan pemeriksaan kesehatan lagi di sebuah klinik. Kami pergi ke pasar Tumpang diantar oleh adik Mas Kentung menggunakan jeep. Kami pun berbelanja kebutuhan logistik di pasar Tumpang dan Alfmart karena Indomaret kebetulan belum buka. Setelah berbelanja kebutuhan logistik dan pemeriksaan kesehatan kami pun kembali ke rumah Mas Kentung. Di padar Tumpang kami membeli sarapan. Setelah beres-beres kami pun bergegas pergi ke desa Ranu Pani. Sebelumnya kami pun berfoto-foto terlebih dahulu di depan jeep. Karena aku perempuan sendiri aku duduk di depan jeep ditemani Bang Buluk. Kami pun mengobrol. Ternyata Bang Buluk bekerja di Kedutaan Korea. Dia tidak terlalu suka dengan orang Korea. Dia pernah ditawari tinggal di Korea tetapi dia tidak mau. Sangat berbanding terbalik denganku yang menyukai Korea (efek nonton Drama Korea) dan ingin sekali ke Korea hehe. Dan teman-teman yang naik di belakang jeep juga terdengar mengobrol dan tertawa-tawa. Ketika tiba di dekat Gunung Bromo kami berfoto terlebih dahulu. Saat itu Bromo sedang erupsi sehingga sangat terlihat jelas awan hitam yang membumbung tinggi diatas Gunung Bromo. Akses ke Bromo telah ditutup. Di situ juga terlihat Puncak Mahameru yang sangat terlihat gagah. Setelah puas berfoto kami melanjutkan perjalanan ke desa Ranu Pani. Setelah tiba di desa Ranu Pani kami harus mengikuti briefing bersama pendaki lain. Briefing dipimpin oleh SAVER (Semeru Volunteer). Di briefing tersebut kami dijelaskan tentang jalur-jalur yang akan dilalui ketika mendaki Gunung Semeru. Selain itu juga SAVER menjelaskan bahwa di Gunung Semeru masih banyak terdapat Pantera Pardus. SAVER juga menjelaskan hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan saat pendakian seperti mandi/BAB/BAK/cuci muka menggunakan sabun, menyikat gigi di danau Ranukumbolo karena hal tersebut bisa mencemari air danau tersebut. Selain itu juga kita tidak boleh berdiam terlalu lama di daerah pohon yang ada kain putihnya. Sebenarnya pendakian hanya diperbolehkan hingga kalimati. Namun SAVER juga akhirnya memberikan tips untuk naik ke puncak Mahameru yang berupa pasir yaitu melangkah dengan cara zigzag. Dan SAVER juga meningatkan kepada kita untuk tetap pada jalur yang benar jangan sampai salah jalur dan melewati jalun Blank 45. Blank 45 merupakan jalur yang hampir semua jalurnya berupa jurang yang mempunyai tingkat kemiringan berbeda-beda. SAVER juga mengingatkan kita untuk tetap waspada terhadap batu yang jatuh. SAVER juga memeriksa barang bawaan kita seperti sleeping bag dan tenda. Semua pendaki yang akan mendaki diwajibkan untuk membawa sleeping bag. Dan semua SIMAKSI diperiksa. Setelah briefing kami pun membayar biaya pendakian. Harga 1 hari pendakian bila weekday 17.500 sedangkan bila weekend 22.500. Saat kami mendaki kami masuk ke dalam 2 hari weekday dan 2 hari weekend jadi biaya yang kami bayarkan untuk 4 hari pendakian yaitu 80.000/orang. Wow kan ? Padahal pertama kali aku naik gunung ke Papandayan pada tahun 2008 aku hanya membayar 5.000 untuk 2 hari pendakian. Setelah melakukan pembayaran beberapa diantara kami membeli bakso dan gorengan. Pukul 11.00 kami mulai trekking. Terdapat 4 pos pada perjalanan dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo. Jalur menuju pos 1 termasuk landai. Dan terdapat jalur yang telah di paving block. Di pos 1 terdapat bedeng. Di dalam bedeng tersebut terdapat 2 pedagang yang berjualan air mineral, semangka dan gorengan. Karena semangka begitu menggoda aku dan teman-teman pun membelinya. Lumayan melepas dahaga. Setelah beristirahat sekitar 15 menit kami pun melanjutkan perjalanan ke pos 2. Perjalanan masih tetap sama seperti perjalanan dari pos ranu pani ke pos 1. Jalur masih landai dan hanya terdapat beberapa tanjakan kecil. Di pos 2 juga sama seperti pos 1 terdapat bedeng dan terdapat orang yang berjualan. Perjalanan menuju pos 3 juga masih sama dengan perjalanan ke pos 1 maupun pos 2. Di pos 3 juga terdapat bedeng yang digunakan untuk beristirahat dan berjualan. Sedangkan perjalanan ke pos 3 menuju pos 4 diawali dengan tanjakan yang lumayan. Namun setelah melewati tanjakan yang kira-kira panjangnya 200 m trek yang dilalui berupa turunan. Kondisi saat itu sedang gerimis jadi jalan lumayan licin sehingga kami harus berhati-hati karena masih terdapat jalan yang tanahnya terkikis sehingga jalannya menjadi sempit dan pinggirnya berupa jurang. Di pos 4 juga terdapat bedeng, namun saat itu d pos 4 tidak ada yang berjualan. Di pos 4 sudah terlihat jelas pemandangan surga-Nya Gunung Semeru yaitu Danau Ranukumbolo. Namun karena cuaca sedang gerimis pemandangan Ranukumbolo tertutup sedikit kabut. Dari pos 4 trek menuju camp Ranukumbolo berupa turunan. Kami tiba di camping ground Ranukumbolo pukul 14.55. jadi perjalanan yang kami tempuh dari Ranu Pani ke Ranukumbolo sekitar 4 jam. Di camping ground Ranukumbolo kami tidak boleh mendirikan tenda di dekat danau. Jarak mendirikan tenda adalah 10-15 meter dari bibir danau. Kami pun membangun tenda masing-masing. Tenda yang kami bangun ada 4 buah kami buat berhadap-hadapan membentuk kotak. Setelah membangun tenda aku pun melaksanakan solat dzuhur. Tak lama sudah masuk waktu ashar dan sekalian aku sholat ashar. Setelah tenda selesai dibangun kami pun beres-beres tas dan tenda dalam untuk tidur nanti. Kami pun menikmati pemandangan Ranukumbolo yang memang sangat indah dan tak bosan untuk di pandang. Air di Ranukumbolo sangatlah dingin sore hari itu. Pukul 17.30 aku dan temanku memasak sayur sawi, nasi, tempe goreng dan mie. Pukul 18.30 kami makan malam. Kami tidak makan malam bersama kelompok lain karena cuaca sangat dingin di luar sehingga kami memutuskan untuk makan di tenda masing-masing. Setelah makan kami pun sholat bergantian di tenda. Kami tidakk melaksanakan sholat di luar tenda karena udara cukup dingin. Karena tidak bisa tidur kami pun bercanda terus. Pukul 22.00 kami sepakat untuk mematikan headlamp yang kami gunakan sebagai penerangan di tenda agar kami tidur.
26 Desember 2015
Aku dibangunkan oleh Cacan sekitar pukul 12.30. Menurut Cacan aku telah dibangunkannya 4x namun baru bangun setelah panggilannya yang ke 4, maklum mungkin aku lelah. Cacan mengeluh sakit badan sehingga belum bisa tidur. Lalu aku memberinya obat nyeri badan. Tak lama Cacan pun tertidur. Sekitar pukul 3 pagi aku terbangun karena suara berisik dari tenda sebelah. Mereka bernyanyi-nyanyi hingga subuh. Terdengar mereka menyanyikan lagu ulang tahun. Duh sangat berisik membuatku tidak bisa tidur lagi dengan pulas. Aku terbangun pukul 5 pagi dan ternyata sudah terang. Aku pun langsung ambil wudhu di danau. Airnya dingin sekali, sungguh ! Di Ranukumbolo saja udara pagi sudah sangat dingin apalagi di Puncak Mahameru pikirku. Pukul 06.30 aku mulai memasak nasi, tempe goreng, dan mie goreng. Bukan mie goreng instant loh. Setelah beres memasak makanan yang telah kami masak kami hidangkan di luar. Di luar sudah terdapat beberapa masakan dari kelompok mas-mas dan abang-abang Jakarta, Bekasi dan Tangerang. Kami pun makan bersama-sama secara melingkar. Menu yang paling diminati adalah masakan buatan Bang Ridho dan Bang Bibit yaitu sayuran kacang panjang dan kangkung yang telah dibumbui oleh bumbu kacang. Sungguh nikmat sekali makan seperti itu. Setelah makan kami foto-foto di sekitar danau Ranukumbolo. Aku dan Cacan lah yang kebagian mencuci piring. Mentang-mentang aku wanita harus aku yang cuci piring. Sebal ! Setelah puas foto-foto kami pun beres-beres untuk melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Setelah membereskan barang-barang pribadi dan tenda ke dalam carrier kami pun mulai melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Trek yang harus kita tempuh dari Ranukumbolo ke Kalimati lumayan panjang. Pukul 10.45 setelah kami berdoa bersama kami meninggalkan Ranukumbolo. Saat melewati tanjakan cinta banyak yang tidak mau menengok ke belakang. Mungkin mereka masih percaya mitos yang ada di adegan film fenomenal karya Donny Dirgantoro hehe. Namuun aku sih tidak terlalu percaya pada mitos tersebut. Kalo sudah jodoh ya pasti bertemu seperti apa kata Afghan. Jadi aku sering sekali menengok ke belakang melihat pemandangan Ranukumbolo yang sangat indah dipandang di tanjakan cinta. Tanjakan cinta ini memang membuat nafas terengah-engah aku pun sering berhenti untuk mengambil nafas panjang. Setelah tanjakan cinta jalur yang kami lewati adalah turunan. Setelah tiba di oro-oro ombo jalurnya menjadi datar. Sayang sekali pemandangan di oro-oro ombo hanya ilalang dan rumput tinggi saja karena bunga verbenda yang mirip lavender sedang tidak mekar/tumbuh. Setelah melewati oro-oro ombo kami tiba di Cemoro Kandang. Keadaan di Cemoro Kandang sangatlah sejuk. Kita pun beristirahat di bawah pohon. Sungguh sangat rindang sekali ! Disana juga terdapat 2 orang penjual air mineral, semangka dan gorengan. Setelah puas beristirahat kami melanjutkan perjalanan ke Jambangan. Trek yang dilalui adalah tanjakan. Jalur yang kita lalui berupa hutan yang terdapat pohon-pohon besar. Setelah jalan yang menanjak terus akhirnya jalanan datar juga dan kami tiba di pos Jambangan. Karena jalan menanjak kami terpisah menjadi beberapa kelompok. Eng dan Cacan berada di depan dan aku di belakang mereka. Namun karena mereka cepat aku tidak mampu untuk menyusul mereka sehingga aku menunggu temanku yang dibelakang. Di Jambangan hanya terdapat Cacan sedangkan Eng tidak ada. Menurut Cacan, Eng tidak pernah istirahat sehingga ia tertinggal karena ia beristirahat beberapa kali ketika menuju Jambangan. Di Jambangan terlihat puncak Mahameru yang begitu gagah. Di Jampangan juga sudah terdapat pasir dan bungan Edelweiss. Terdapat papan kayu yang bertuliskan Pos Jambangan. Kami pun berfoto bersama di Pos Jambangan. Setelah puas berfoto kami melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Medan yang dilalui yaitu berupa turunan. Tak lama kami tiba di Kalimati dan bertemu dengan Eng. Ternyata dia sudah 1 jam berada disana. Dia tiba di Kalimati pukul 12.45. Cepat sekali dia ! Kita tiba di Kalimati pukul 14.15. Akhirnya kita memutuskan untuk mendirikan tenda di camping ground Kalimati yang dekat dengan jalan  menuju puncak. Namun disana masih terdapat banyak tenda yang pemiliknya sedang beres-beres untuk meninggalkan Kalimati. Kami pun menunggu mereka pergi karena kami akan menempati tempat mereka saat ini. Ketika menunggu kami pun solat duhur bergantian. Sekitar pukul 15.00 mereka pergi dan kami pun mendirikan tenda di tempat mereka mendirikan tenda sebelumnya. Sebagian dari kami ada yang mengambil air di Sumber Mani. Jarak dari Kalimati ke Sumber Mani adalah 1 km. Pukul 15.30 kami pun melaksanakan sholat ashar bergantian. Setelah mereka mengambil air kami pun mulai masak. Karena kemarin aku sudah masak sekarang giliran Eng yang masak. Aku dan Cacan bagian memotong-motong sayur dan bahan-bahan masakan lain. Menu sore itu kami buat lebih banyak karbohidrat dan protein karena energi yang akan digunakan untuk menuju Mahameru pasti sangatlah besar. Eng memasak nasi, sarden, sayur sawi, tempe dan mie instan. Ternyata nasi buatan Eng seperti nasi yang dibuat di rumah tidak ada keraknya sedikitpun. Ternyata dia jago juga dalam hal memasak. Setelah semua masakan matang kami pun makan bersama-sama di dalam tenda karena kondisi di luar sangatlah dingin. Tak seperti biasanya masakan kali ini habis tak bersisa. Setelah makan kami pun solat secara bergantian di tenda. Setelah semuanya solat sekitar pukul 19.30 kami pun sudah siap-siap untuk tidur. Sebelum tidur aku, Cacan dan Aris meminum obat nyeri badan. Tapi kami belum bisa tidur karena belum mengantuk padahal pukul 10 malam nanti kami sudah harus bersiap-siap untuk summit attack. Kira-kira pukul 20.00 kami pun tidur. Pukul 22.00 sudah terdengar suara pendaki lain yang siap-siap menuju puncak. Kami pun terbangun dan mulai bersiap-siap menuju puncak. Aku pun meminum multivitamin agar lebih bertenaga saat di perjalanan menuju puncak dan aku pun selalu mengoleskan minyak aromaterapi pada bagian paha dan betis setiap akan melanjutkan perjalanan. Lumayan mengurangi rasa pegal. Rombongan kami hanya membawa 1 tas berisi makanan ringan dan air mineral. Sekitar pukul 22.45 kami pun berkumpul bersama dan berdoa agar diberi kelancaran dalam perjalanan. Pukul 23.00 kami mulai perjalanan ke puncak. Ternyata ada rombongan dari Surabaya yang ikut kelompok kami. Perjalanan dipimpin oleh Bang Ridho dan Bang Bibit. Aku pun memilih berjalan di tengah-tengah agar terlindungi oleh semua pria di depan dan belakangku haha. Setelah berjalan kurang lebih 30 menit Bang Arief muntah. Aku pun membantunya membalurkan minyak hangat ke leher dan punggungnya. Setelah itu dia pun meminta untuk melanjutkan kembali perjalanan. Setelah berjalan kurang lebih 15 menit Bang Arief muntah untuk yang kedua kalinya. Dia pun meminum tolak angin dan tetap meminta melanjutkan perjalanan.
27 Desember 2015
Sekitar pukul 12 malam kami tiba di Arcopodo. Jalan di Arcopodo sudah mulai dengan pasir. Disana terdapat batu prasasti. Kami tidak tahu apa yang tertulis di batu atau sekitaran batu karena gelap. Setelah diberi intruksi oleh Bang Bibit dan Bang Ridho kami pun mulai memasuki jalur pasir. Sungguh berat melewati jalur pasir tersebut. Ternyata benar menurut beberapa senior yang telah mencicipi pasir Mahameru ketika kita berjalan 2 langkah 1 langkah merosot. Sedih sekali rasanya. Tapi aku pun mendoktrin otakku sendiri agar tetap semangat. Aku pun berfikir bahwa aku telah jauh-jauh melalui perjalanan Bandung-Malang, Ranupani hingga Kalimati itu untuk hari ini. Ya untuk menuju Mahameru. Di depan ku ada Eng dan Cacan. Namun aku pun tertinggal oleh mereka karena aku istirahat sedangkan mereka tidak. Aku pun sudah tidak kuat untuk mengejar mereka sehingga aku memutuskan untuk beristirahat di pinggir jalur dan menunggu rekan ku yang lain. Tak lama datang Bang Idrus dan Mas Rudi. Alhamdulilah akhirnya ada teman juga. Aku pun meminta minum karena tidak membawa air. Setelah istirahat kami pun melanjutkan perjalanan karena jika diam terlalu lama sangat lah dingin. Aku pun mulai disiplin dalan perjalanan. Setelah berjalan 7 menit aku beristirahat 2 menit. Begitu seterusnya. Kami pun disusul oleh Mas Dani. Di perjalanan pun sering kami dengar kata “Rock” atau “Batu” dari atas. Untungnya batu yang jatuh bukan batu besar. Aku pun harus tetap fokus. Karena Mas Dani dan Mas Rudi memutuskan untuk beristirahat lebih lama, aku dan Bang Idrus pun melanjutkan perjalanan berdua karena aku sudah tidak tahan dingin jika harus berdiam diri terlalu lama. Suhu saat itu mencapai -15 derajat celcius. Pantas saja ada butiran-butiran es di sarung tanganku. Tanganku pun hampir tak bisa merasakan apa-apa dan terasa baal. Padahal aku sudah menggunakan dua sarung tangan. Ketika sudah ¾ perjalanan aku pun mulai sangat lelah dan hampir menangis. Tapi aku tak mungkin menangis karena aku wanita kuat haha. Disitu aku pun beristirahat lumayan lama. Aku dan Bang Idrus pun mengobrol agar kita tidak mengantuk. Setiap istirahat aku pasti bertanya pada Bang Idrus berapa meter kita telah lewati. Ternya setiap berjalan 7-10 menit kita hanya naik 15-30 meter. Sedih sekali rasanya setelah jalan susah payah hanya 15 meter ketinggian yang dicapai. Jam milik Bang Idrus terdapat altimeter dan alat pengukur suhu. Setelah istirahat lumayan lama kami pun melanjutkan perjalanan ke puncak. Aku selalu melihat ke depan dan bayangan puncak masih belum terlihat. Aku pun mulai disiplin lagi dalam perjalanan. Jalan 7 menit istirahat 2 menit. Pukul 04.00 kami masih belum sampai puncak juga. Sekitar pukul 04.30 aku ingin beristirahat namun menurut Bang Idrus sebaiknya kita istirahat di batu besar yang ada di depan agar tidak terkena angin. Aku pun setuju. Teman-teman yang lain belum terlihat. Setelah tiba di batu besar tersebut ternyata banyak pendaki yang istirahat. Ternyata beberapa meter setelah batu tersebut adalah puncak. Beberapa pendaki memberitahu aku bahwa aku sudah tiba di puncak. Menurut mereka keadaan di puncak masih tertutup kabut sehingga mereka istirahat di belakang batu untuk menunggu matahari datang dan terhindar dari angin yang sangat kencang. Aku pun memanggil Eng dan Cacan. Ternyata mereka ada di depan. Cacan sedang duduk dan Eng sedang tertidur. Dan aku merupakan wanita pertama yang tiba di puncak pada hari itu. Senang sekali rasanya. Aku tiba di puncak pukul 04.40. sedangkan Eng tiba di puncak pukul 03.30 dan Cacan pukul 04.00. Setelah matahari muncul sedikit kami pun pergi ke puncak. Puncak Semeru lebih luas dari Puncak Slamet. Setalah tiba kami pun melaksanakan solat Subuh di Puncak. Alhamdulilah kami bisa sampai puncak dengan selamat. Pemandangan di bawah sangatlah indah namun sesekali pemandangan tertutup kabut. Sekitar pukul 05.15 Mas Dani, Mas Rudi dan Mas Hafid tiba di Puncak. Kami pun berfoto bersama. Namun hasil nya tidak terlalu bagus karena keadaan di puncak masih tertutup kabut. Sambil menunggu teman kami yang lain kami pun istirahat di puncak. Keadaan di puncak sungguh dingin. Suhu disana mencapai -17 derajat celcius. Ketika berada di puncak Gunung Slamet aku tidak menggigil tapi ketika disini aku menggigil. Baru pertama kalinya aku menggigil di puncak Gunung. Sebenarnya aku sudah tidak tahan dengan cuaca di puncak aku sudah ingin turun tapi karena menunggu rekan yang lain aku pun bertahan di puncak sedangkan Mas Dani dan Mas Hafid turun pukul 06.30. Sisa 5 orang di puncak yaitu aku, Cacan, Eng, Bang Idrus dan Mas Rudi. Kami pun sepakat untuk turun pukul 07.30. Aku penasaran mengapa Djoko dan Aris tidak tiba di Puncak. Aku fikir Aris keram. Pukul 07.00 ada seseorang yang datang aku fikir itu Bang Bibit karena cara berpakaian nya sama sekali dengan Bang Bibit dan dia membawa tracking pole Eiger yang sama dengan tracking pole milik Bang Bibit dan juga membawa kamera DSLR. Aku pun berteriak memanggilnya namu orang tersebut tidak menoleh terhadapku. Akhirnya Mas Rudi menghampiri orang tersebut dan ternyata orang tersebut bukanlah Bang Bibit. Ketika di puncak muncul wedus gembel. Kami pun secepat mungkin mengambil gambar kami ketika ada wedus gembel namun sayang wedus gembel tersebut cepat sekali tertutup kabut. Wedus gembel tersebut muncul 2 kali. Di puncak juga kami bisa melihat Gunung Bromo yang sedang Erupsi. Pukul 07.30 kami pun turun. Aku turun secara merosot karena takut terjatuh. Namun setelah jalan beberapa puluh meter aku pun melihat pendaki lain yang turun seperti orang sedang maik ski. Aku pun mencoba nya. Dan aku pun turun dengan cara seperti itu. Cara itu sangat mudah ternyata. Sekitar pukul 08.30 kami tiba di batas vegetasi. Wah ternyata jalan turun lebih cepat 4 kali lipat dibanding dengan naik. Ketika naik kami membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam menuju puncak. Tak disangka ternyata di batas vegetasi ada Djoko dan Aris. Aku pun mengomel kepada mereka mengapa mereka tidak ke puncak dan membuatku menunggu hingga menggigil di Puncak. Ternyata Bang Arief terserang hipotermi. Dan Djoko dan Aris pun melakukan pertolongan pertama dengan membungkus tubuh Bang Arief dengan alumunium foil. Banyak cara mengatasi hipotermi. Salah satunya adalah skin to skin. Menurut jurnal yang telah aku baca skin to skin merupakan cara cepat mengatasi hipotermi karena perpindahan suhu dari orang dengan suhu normal dengan orang yang mengalami hipotermi sangat cepat. Sehingga membuat suhu badan orang yang terkena hipotermi lebih cepat naik. Setelah mengantar Bang Arief ke tenda mereka pun mencoba kembali untuk ke puncak. Namun karena kondisi fisik dan keterbatasan logistik mereka hanya sampai ¾ puncak dan kembali turun ke bawah. Ketika istirahat aku membersihkan sarung tangan dan sepatu yang dipenuhi pasir. Maklum diantara kami tidak ada yang memakai geiter jadi pasir langsung masuk ke sepatu. Aku bersumpah jika naik gunung dengan medan pasir aku akan memakai geiter. Pasir Mahameru agak jahat juga terhadap sepatu. Sepatu ku yang telah aku pakai ke beberapa gunung lain menjadi sedikit terbuka bagian depannya. Setelah beristirahat selama 30 menit kami melanjutkan perjalanan ke camp Kalimati. Perjalanan menuju Kalimati memakan waktu 30 menit. Setelah tiba di camp aku pun “menjenguk” Bang Arief di tendanya ternyata dia sudah baikan dan sudah bisa bercanda lagi dengan kami. Sedangkan abang-abang dan mas-mas yang lain sedang tidur. Aku pun langsung istirahat di tenda. Tak lama karena hanya tidur 1,5 jam tadi malam aku pun tidur dengan posisi kaki lebih tinggi dari jantung dengan cara menyimpan kaki di atas carier. Jam 12 aku terbangun. Karena lapar aku memasak mie instant. Hari itu kami tidak masak dan makan bersama kami memasak mie instant masing-masing. Setelah makan aku merasakan panggilan alam. Untung di Kalimati terdapat wc umum. Aku pun BAB di wc umum tersebut. WC tersebut berupa tempat yang ditutupi oleh seng bercat hijau dan hanya terdapat lubang untuk BAB dan BAK. Lumayan, membuat kita tidak usah menggali tanah. Pukul 14.00 kami membereskan tenda dan barang bawaan dan bersiap-siap untuk perjalanan pulang ke Ranukumbolo. Pukul 15.30 setelah solat kami pun melanjutkan jalan ke Ranukumbolo. Jalan menuju Ranukumbolo merupakan turunan. Jari-jari kaki terasa sakit ketika melawati jalanan menurun. Aku berjalan di tengah bersama Mas Rudi dan Mas Hafid. Sedangkan di depan ada Eng, Cacan, Bang Idrus, Bang Arief dan Mas Dani. Dan di belakang ada Bang Bibit, Bang Ridho, Aris dan Djoko. Kami menjadi 3 grup karena jarak kami cukup berjauhan. Pukul aku, Mas Rudi dan Mas Hafid tiba di Ranukumbolo sedangkan grup yang pertama sudah tiba sejak pukul 18.00. dan grup ketiga tiba pukul 18.30. ketika tiba di Ranukumbolo aku merasa tidak enak badan dan kedinginan. Aku pun meminta temen-temanku untuk membangun tenda secepatnya. Setelah tenda selesai dibangun aku pun tidur di dalam tenda karena tidak kuat dingin. Sepertinya aku demam karena semua badanku terasa hangat. Aku pun solat dahulu di dalam tenda. Setelah itu aku pun tidur menggunakan mukena agar lebih hangat dan Cacan memberikan aku sleeping bag nya untuk dipakai karena sleeping bag dia ada di luar dan sleeping bag ku masih ada di dalam carier. Disitu aku pun menangis karena sedih teringat pada ibuku. Biasanya jika aku demam ibuku yang merawatku tetapi kondisi saat ini aku sedang berada di Ranukumbolo dan ibuku di rumah. Sungguh air mataku banyak sekali mengalir. Tetapi aku beruntung mempunyai teman-teman yang perhatian. Aku pun meminta obat penurun demam kepada Aris dan Eng pun membuatkan aku mie cup dan menyuruh aku memakan mie tersebut sebelum minum obat. Eng pun membereskan semua barangku dan mengeluarkan sleeping bag untuk dipakai Cacan. Aku pun langsung tertidur pulas setelah minum obat. Sekitar pukul 22.30 mereka pun mulai masuk ke tenda dan akan istirahat. Aku pun terbangun dan pindah posisi agar tenda muat untuk kami tidur.
28 Desember 2015
Aku terbangun pukul 05.00 dan melihat keadaan di luar sudah cerah. Alhamdulilah aku merasa baikan dan demamku sudah reda setelah meminum obat antipiretik yang aku minum tadi malam. Di luar terlihat Bang Bibit dan Bang Ridho sedang mengambil foto sunrise. Mereka menanyakan keadaanku dan aku menjawab sudah sehat dan baikan. Aku pun mengambil air wudhu di danau Ranukumbolo. Dingin namun terasa segar. Aku pun membangunkan teman yang lain. Sekitar pukul 07.00 aku pun memasak. Kelompok lain juga memasak. Kami memasak sisa makanan yang ada. Setelah semua masakan matang kami pun menyiapkan tempat makan menggunakan trash bag (yang masih bersih) untuk makan. Setelah itu kami menyimpan semua makanan diatas kertas nasi yang berjejer diatas alas (trash bag bersih). Kami pun makan bersama-sama. Sungguh nikmat sekali makan dengan cara seperti itu. Makanan pun habis dan yang tersisa hanya kerak nasi saja haha. Setelah makan semua alat masak yang digunakan aku dan Cacan yang mencucinya. Duh giliran cuci piring aku lagi aku lagi. Aku dibantu Bang Arief dan Aris yang membawakan air untuk cuci piring. Kami pun cuci piring 10 meter di dekat danau. Sebelum cuci piring kami harus menggali tanah untuk sisa makanan dan lemak. Aku tidak tahu mengapa rasanya susah sekali mencuci bekas kerak nasi. Setelah beres mencuci piring kami pun berfoto di depan batu yang bertuliskan bahasa Sanksekerta mengenai air dan danau Ranukumbolo. Batu tersebut diletakkan di dalam pagar dan di pinggir-pinggir batu tersebut terlihat beberapa sesajen bekas Suku Tengger yang berdoa di batu tersebut. Dan setelah foto-foto dekat batu kami pun berfoto dekat danau. Dan beberapa teman ada yang berfoto di tanjakan cinta dan berharap mereka menemukan cintanya disana haha. Sekitar pukul 10.00 kami beres-beres tenda dan barang bawaan. Dan sekitar pukul 10.30 kami pun menuju perjalan pulang ke Ranupani. Sebelum melanjutkan perjalanan kami berdoa terlebih dahul agar diberi keselamatan hingga Ranupani. Kami beristirahat di pos 4 selama 10 menit. Ketika di pos 3 Eng dan Bang Arief melanjutkan perjalanan terlebih dahulu. Karena aku ingin buang air kecil aku pun melanjutkan perjalanan menyusul Eng dan Bang Arief ditemani Aris, Cacan dan Bang Idrus. Karena barang bawaan sudah semakin ringan dan jalan yang menurun kami pun berjalan dengan cepat. Di pos 2 Cacan dan Aris menyuruh aku duluan. Aku pun duluan ditemani Bang Idrus. Tak lama setelah pos 1 turun hujan. Aku pun belum memakai jas hujan karena hujannya masih belum terlalu besar. Dan ketika hujan membesar Bang Idrus menyuruhku untuk memakai jas hujan. Namun ia sendiri tidak memakai jas hujan karena dia mengatakan sudah dekat. Ketika sedang memakai jas hujan ada yang memanggilku dari belakang dan ternyata itu adalah Aris. Akhirnya Bang Idrus melanjutkan perjalanan duluan karena aku sudah ditemani Aris. Jalanan sangatlah licin bahkan ada pendaki wanita yang terpeleset. Aku pun harus ekstra hati-hati karena jalanan licin dan menurun. Sekitar pukul 13.00 aku dan Aris tiba di ladang warga. Alhamdulilah sudah sampai. Dan kami bertemu pendaki asal Bandung yang sedang menunggu temannya. Kami pun duluan karena aku sudah tidak tahan ingin BAK. Pukul 13.15 aku dan Aris tiba di Ranupani. Terlihat Bang Idrus yang sedang istirahat dan Eng yang sedang makan bakso malang dan telah mandi. Huh bikin iri. Aku pun bergegas untuk ke makan mandi. Aku pun sekalian mandi. Di dekat kamar mandi tertera tarif menggunakan kamar mandi yaitu Rp.2.000 namun ketika aku memberikan uang Rp.5000 tidak diberikan kembalian oleh mbah penjaga kamar mandi. Aku pikir tidak ada kembalian jadi aku ikhlaskan saja hehe. Ternyata setelah yang lain mandi tarif mandi adalah Rp.5.000. Setelah mandi aku pun membeli bakso malang. Setelah itu aku pergi ke pos perijinan pendakian untuk lapor bahwa semuanya telah sampai. Kami pun membawa sampah sebagai bukti kami membawa sampah kembali turun. Dan setelah diperiksa petugas tersebut menyuruhku untuk membuang sampah di ujung dekat mushola. Dan disana sudah banyak sekali sampah bekas para pendaki lain. Tak terbayang jika sampah tersebut tidak dibawa kembali turun pasti akan menumpuk di area pendakian. Di mushola aku bertemu Bang Arief yang sudah selesai solat. Dan ia pun menyuruh kami untuk cepat-cepat ke jeep karena Mas Teguh sudah menunggu kami dari pukul 11.00. Aku pun memanggil teman-teman yang lain untuk segera naik ke jeep. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 Bang Arief pun mulai cemas karena dia harus sudah tiba di Bandara Djuanda Surabaya pukul 21.00. Di tempat jeep kami bertemu rombongan pendaki dari Bandung dan berdiskusi mengenai transportasi ke Bandung. Mereka berencana ke Stasiun Malang mencari tiket yang masih kosong. Sedangkan kami berencana naik bis dari Malang atau Surabaya. Kami pun bertukar nomor handphone untuk berkoordinasi nanti. Kami pun melanjutkan perjalanan ke Tumpang. Karena Bang Bibit dan Bang Ridho berencana pulang esok hari, mereka turun di rumah Mas Kentung. Sedangkan kami turun di pasar Tumpang.  Dari Tumpang kami melanjutkan perjalanan ke Stasiun menggunakan angkutan umum. Ongkos angkutan umum ke terminal Arjasari yaitu 120 ribu dan ongkos per orangnya 12 ribu. Sebelum menuju terminal kami mampir di pusat oleh-oleh khas Malang. Disana dijual semua oleh-oleh khas Malang seperti makanan, minuman dan kaos. Jika di Bali sama seperti Krisnha. Mereka rata-rata membeli keripik apel untuk oleh-oleh. Setelah membeli oleh-oleh perjalanan dilanjutkan ke terminal Arjosari. Kami tiba di terminal pukul 16.45. Bang Arief dan Bang Idrus terburu-buru untuk naik bis ke Surabaya karena mereka harus check in jam 21.00 di Bandara. Mereka pun langsung berpamitan pada kami. Disana kami bingung karena tidak ada angkutan ke Bandung dan hanya ada angkutan menuju Jakarta dan melawati jalur pantura. Setelah diskusi panjang kami pun memutuskan untuk naik bis tersebut dan turun di Cirebon. Dari Cirebon kami berencana untuk naik bis Bhineka atau Sahabat. Dan ternyata Mas Rudi juga menumpang bis yang sama dengan kami. Sedangkan Mas Dani dan Mas Hafid naik bis menuju Purwokerto dan langsung berpamitan untuk menaiki bis tersebut. Harga tiket bis menuju Cirebon yaitu 170 ribu. Menurut petugas tiket bis yang akan kami tumpangi bis berangkat pukul 19.00. Kami pun makan malam terlebih dahulu di warung makan yang ada di dalam terminal. Ketika kami makan Kang Agung yang berasal dari Bandung menelepon kepada Aris. Mereka tidak dapat tiket kereta dan sudah ada di terminal dan menanyakan transportasi pulang. Aku pun langsung menjelaskan kepada mereka bahwa ada bis menuju Jakarta dan masih kosong. Aku pun menjemput rombongan mereka ke depan terminal dan mengantarkan mereka ke tempat penjualan tiket. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan ke Bandung bersama kami. Ternyata bis tersebut merupakan bis pariwisata sewaan P.O bis, dan bukan armada milik mereka. Kondisi bis tersebut kurang nyaman karena tempat duduknya sedikit reyot dan AC nya sering sekali mati. Supir bis tersebut sering menyalakan klakson sehingga membuat kami susah tidur karena bising. Ketika tiba di Surabaya kami yang baru beberapa menit tertidur terbangun oleh suara penumpang yang berteriak “jangan diladenin Pak “ dan ternyata ada sebuah mobil swift di depan bis yang kami tumpangi sengaja menghalangi jalan kami. Ketika bis akan ambil jalan ke kanan mobil tersebut langsung zigzag ke kanan begitu pun sebaliknya. Karena kesal Eng, Aris, Djoko dan satu penumpang lain mencoba keluar untuk menegur pengemudi mobil swift tersebut karena sungguh membahayakan keselamatan kami penumpang bis. Dan ketika tiba di satu perempatan mereka ber 4 turun untuk menegur bis tersebut. Kernet dan supir bus tersebut memprovokasi mereka ber4 yang sedang dilanda amarah. Eng menggedor kaca mobil tersebut agar si pengemudi turun namun ia malah menelopon. Sepertinya ia menelepon rekannya karena takut. Suasana makin kacau ketika mereka berusaha untuk membuka pintu mobil secara paksa. Namun akhirnya si pengemudi mobil tak beriman tersebut berhasil kabur lewat kiri jalan dan hampir menabrak motor. Dan mereka ber4 masuk kembali ke dalam bis. Aku pun merasa ikut kesal karena pengemudi tersebut sepertinya merasa paling hebat  tetapi akhirnya kabur juga. Perjalanan terasa sangat panjang. Kami pun tertidur pulas setelah kejadian tersebut. Mungkin kami lelah. Pukul 05.30 kami istirahat di rumah makan. Kami pun solat subuh meskipun sudah telat. Setelah solat kami pun sarapan. Karena setelah turun gunung kami mandi kami tidak mandi. Sedangkan rombongan Bandung yang lain mandi karena sebelumnya belum mandi. Pukul 07.00 kami melanjutkan perjalanan. Ternyata Mas Rudi pamit untuk turun di Pemalang karena istrinya berada di Pemalang. Sekitar pukul 11.00 kami tiba di Cirebon. Kami berhenti di sebuah tempat yang bukan terminal. namun supir tersebut sudah meminta supir bis Bhineka untuk menjemput kami yang menuju ke Bandung di tempat tersebut.  Dan kami pun naik bis tersebut dengan tarif 50ribu hingga terminal Cicaheum. Namun karena hanya ada rombongan kami dan rombongan Bandung serta 3 penumpang lain bis tersebut sering sekali mengetem. Bis tersebut juga sering menaik turunkan penumpang sehingga perjalanan terasa sangat lama menuju Bandung. Sekitar pukul 17.45 bis tiba di Cibiru dan rombongan Bandung (Kang Agung) turun di Cibiru untuk melanjutkan perjalanan ke Cibeureum dan Cimahi. Bis tersebut tiba di terminal Cicaheum pukul 18.30. dan kami pun melanjutkan perjalanan ke rumah Eng. Sekitar pukul 18.45 kami tiba di rumah Eng dan beristirahat. Tak lama kami pun membeli bakso di depan RS Santo Yusuf yang dikenal enak. Kami pun merasakan nikmat yang luar biasa bisa makan bakso lagi haha. Dan pukul 20.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing. Sungguh pengalaman yang berharga bisa mendaki Gunung Semeru. Berada di atas puncak Mahameru, puncak tertinggi di Pulau Jawa, bisa bertemu sahabat baru yang dinamakan Cempulek Jebul, bisa mensyukuri kuasa Allah SWt lebih dekat. Semoga anak cucuku bisa mencumbui pasir Mahameru seperti lirik yang ada di lagu Mahameru ciptaan Ahmad Dhani. Dan semua lirik yang ada di lagu Mahameru aku rasakan semua. Terimakasih ya Allah telah memberikan aku kesempatan untuk bisa menginjakkan kaki di puncak abadi para dewa. Semoga aku bisa mengijakkan kaki di puncak Dewi Anjani seperti cita-citaku sejak SMP.

Rabu, 01 Juli 2015

Perjalanan ke Gunung Slamet dari Bandung via Bambangan



Kamis, 13 Februari 2014
Aku, Aris, Eng, dan Djoko bersiap untuk memulai perjalanan menuju gunung Slamet. Perjalanan ini merupakan perjalanan yang sudah lama direncanakan, namun hanya 4 orang yang siap dalam pendakian ini dan hanya aku wanita dalam kelompok pendakian ini. Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah. Kami sepakat untuk menggunakan kereta api. Kereta api yang akan kami gunakan yaitu kereta api Serayu jurusan Bandung-Purwokerto. Kami sengaja menggunakan kereta api malam agar bisa beristirahat di perjalanan. Kereta Serayu pergi dari stasiun Kiaracondong pada pukul 12.05 dini hari. Sebelumnya aku meminta Djoko untuk membeli tiket pada siang hari namun ia tidak sempat membeli tiket dan akhirnya kami terpaksa membeli tiket sebelum keberangkatan. Untung saja tiket masih ada. Kami janjian sekitar pukul 10 malam di stasiun. Namun semua pria telat dan hanya aku yang tiba di stasiun tepat waktu. Karena aku tiba pertama dan disusul Djoko lalu Eng, aku terpaksa mengantri untuk membeli tiket karena Eng harus menjaga barang-barang kami dan Djoko harus menjemput Aris. Saat itu banyak juga yang antri tiket. Akhirnya giliranku untuk membeli tiket. Aku lupa bahwa tujuan kita yaitu stasiun Purwokerto, aku pun memesan untuk tujuan stasiun Kroya seperti seorang Bapak yang mengantri di depanku tadi. Alhasil ketika Djoko dan Aris datang mereka kaget melihat tiket yang tujuannya Stasiun Kroya.  Lalu dengan panik akupun mengantri di loket untuk mengganti stasiun pemberhentian. Namun karena waktu pemberangkatan sudah kurang dari 1 jam akhirnya tiket tidak bisa ditukar. Aku sbagai wanita satu-satunya dalam kelompok ini panik karena tidak bisa turun di tempat tujuan. Sedangkan para lelaki itu tampak tenang karena mereka merencanakan untuk tetap berhenti di Stasiun Purwokerto meskipun tiket menunjukkan Stasiun Kroya. Akupun mengikuti usulan mereka meskipun aku sendiri was-was jika di Stasiun Purwokerto ada pemeriksaan tiket kembali. Akhirnya kereta Serayu tiba dan kami pun naik kereta tersebut. Tak lama kereta melaju kami tidur dalam perjalanan.

Jumat 14 Februari 2014
Kereta dijadwalkan tiba di Stasiun Purwokerto pukul 7 pagi. Namun ketika pukul 4 pagi ketika kami terbangun kami mendapat kabar bahwa Gunung Kelud telah meletus pada pukul 10 tadi malam. Kamipun dilanda kegundahan yang amat tinggi. Kami takut jika itu akan berdampak pada Gunung Slamet. Di Jawa Tengah abu bekas letusan Gunung Kelud telah sampai dan mengakibatkan awan menjadi gelap dan seluruh tempat di kota Purwokerto diserang hujan abu sehingga matahari nampak tidak muncul akibat hujan abu tersebut. Pukul 7 kami tiba di stasiun Purwokerto dan keadaan masih gelap padahal waktu sudah menunjukkan pukul 7. Kami pun diam di stasiun karena hujan besar. Di stasiun kami pun membeli mie cup dan secangkir kopi untuk sarapan. Setelah sarapan kami mandi secara bergantian di kamar mandi stasiun. Keadaan stasiun Purwokerto sangat nyaman dan bersih sehingga kami betah untuk berlama-lama di stasiun tersebut. Pada pukul 10 setelah hujan reda kami meninggalkan stasiun. Karena kami masih merasa lapar kami pun berniat mencari warung nasi untuk sarapan. Ketika baru saja keluar dari stasiun seorang supir angkutan menghampiri kami. Dia menawarkan kami untuk ke desa Bambangan (Purbalingga) menggunakan angkutannya. Namun harganya terlalu mahal sehingga kami berniat untuk menggunakan angkutan umum. Kebetulan di dekat stasiun terdapat warung nasi. Jumlahnya lumayan banyak sekitar 5 warung. Akhirnya kami pun memutuskan untuk singgah di salah satu warung. Di warung tersebut kami makan dengan lahap.
Makan mania mantap

Karena hari Jumat para lelaki pun bersiap untuk solat Jumat. Kebtulan di dekat stasiun ada masjid besar. Karena aku wanita sendiri di kelompok ini aku menunggu mereka solat Jumat di warung nasi tersebut. Ketika mereka kembali, mereka memberitahuku bahwa ada rombongan pendaki lain yang akan mendaki Gunung Slamet. Mereka berjumlah 4 orang dan semuanya laki-laki dan berasal dari Jakarta dan Bogor. Sebelum berangkat aku melaksanakan solat dzuhur di tempat mereka Jumatan tadi. Setelah beres solat kelompok kami dan kelompok pendaki dari Jakarta memulai perjalanan ke terminal Purbalingga. Dari stasiun aku menggunakan angkutan umum. Ketika melewati jalanan abu bekas lutusan Kelud nampak tebal sehingga di jalan besar tampak relawan dari TNI dan PMI membagikan masker kepada pengguna jalan. Ongkos angkutan umum tersebut cukup murah yaitu 5 ribu rupiah padahal jarak yang ditempuh cukup jauh dan barang bawaan kamipun cukup banyak. Setelah tiba di terminal kami melanjutkan perjalanan menggunakan bus berukuran ¾. Ongkos bus ¾ tersebut 15 ribu. Kami pun turun di pertigaan jalan menuju desa Bambangan. Aku lupa nama pertigaan tersebut namun sang kernet tahu jika kami akan ke Gunung Slamet dan kami diturunkan di pertigaan tersebut. Setelah itu kami naik angkutan menuju desa Bambangan. Karena jumlah kami hanya 8 orang tarif angkutan tersebut 18 ribu/orang. Setelah tiba di Base Camp Bambangan kami beristirahat di rumah kuncen Gunung Slamet. Rumahnya cukup luas untuk menampung para pendaki. Kami pun langsung disuguhi teh hangat. Di rumah tersebut kami bisa memesan makanan. Karena merasa lapar kami memesan nasi goreng. Kami tiba di basecamp tersebut sekitar pukul 3. Kelompok dari Jakarta berniat untuk jalan sore ini. Namun karena kondisi kami lelah kami melakukan perjalanan esok hari. Sehinga kami harus berpisah dengan kelompok Jakarta. Karena menunggu izin kelompok dari Jakarta baru start pukul 5 sore. Kami bermalam di base camp. Keadaan malam di base camp sangat dingin. Padahal kami tidur di dalam rumah dan menggunakan karpet serta sleeping bag. Tidak terbayang jika nanti kami bermalam di jalur pendakian.
Basecamp Bambangan



Sabtu, 15 Februari 2014
Setelah beristirahat di base camp kami pun bersiap untuk pendakian. Kami memulai pendakian pada pukul 7 pagi.
Pos pendakian Bambangan
Setelah berpamitan kami pun pergi. Sebelumnya kami pun menanyakan apa saja hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama pendakian. Setelah pamit dan berdoa kami memulai perjalanan. Perjalanan dari base camp menuju pos 1 didominasi oleh ladang warga. Semua warga tersebut sangat baik sehingga setiap melewati ladang kami selalu ditawari sayuran hasil panen.
Gunung Slamet yang tampak megah dilihat dari Desa Bambangan
Setelah sekitar 1 jam 30 menit kami tiba di pos 1. Di pos 1 terdapat tempat yang terbuat dari seng. Kami pun istirahat di tempat tersebut dan memutuskan untuk mamasak nasi karena sebelum pergi kami tidak sarapan. Sejak memulai perjalanan dari basecamp kami belum melihat pendaki lain yang mendaki gunung Slamet.
Bedeng pos 1
Take a rest shay di pos 3 sambil solat
 Aku pun merasa takut jika hanya kelompok kami yang melakukan pendakian ke Slamet. Setelah 45 menit istirahat terdengar suara-suara pendaki dari bawah. Ternyata ada rombongan pendaki asal Purbalingga dan Bogor. Pendaki Purbalingga hanya beristirahat sebentar di pos 1. Mereka kuat-kuat karena sudah beberapa kali mendaki gunung Slamet. Setelah beristirahat selama 1 jam kamipun melanjutkan perjalanan ke pos 2. Perjalanan ke pos 2 didominasi oleh hutan. Waktu tempuh dari pos 1 ke pos 2 yaitu sekitar jam. Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 memakan waktu jam. Pos 3 merupakan pertemuan jalur bambangan dan jalur pemalang. Di pos 3 kami beristirahat untuk melaksanakan sholat.
Pos 3

Setelah beristirahat selama 30 menit kamipun melanjutkan perjalanan ke pos 4. Perjalanan masih didominasi oleh hutan. Dari pos 4 kami melanjutkan perjalanan ke pos 5 selama jam. Di pos 5 terdapat mata air dan bedeng. Jarak pos 5 drngan mata air tidak jauh. Kami pun mengambil air di mata air tersebut.
Di pos 5 masih terdapat babi hutan. Di pos 5 kami bertemu dengan pendaki dari Jambi. Kami merasa senang karena bertemu dengan pendaki lain sehingga tidak terlalu sepi.
Pos 5 via Bambangan
 Di pos 5 kami hanya beristirahat dan tidak mendirikan tenda. Pos 5 cukup luas dan terdapat bedeng untuk berlindung dari hujan.
Muka kucel tapi pengen selfih
Waktu tempuh dari pos 5 ke pos 6 jam. Dari pos 6 kami beristirahat selama 15 menit dan melanjutkan perjalan ke pos 7 untuk bermalam. Perjalanan ke pos 7 didominasi oleh jalanan sempit dan hanya cukup untuk 1 orang. Kami tiba di pos 7 sekitar pukul 16.30. kami pun membangun tenda di pos 7. Area pos 7 cukup luas dan cukup untuk sekitar 8 tenda. Di pos 7 terdapat bedeng. Dan ada juga pendaki yang tidak membangun tenda dan tidur di bedeng. Di pos 7 kami bertemu dengan pendaki yang berasal dari Jakarta. Dan hanya terdapat seorang wanita pada rombongan itu. Jadi hanya ada 2 orang wanita yang mendaki gunung Slamet pada saat itu. Kami pun bermalam di pos 7. Keadaan alam saat itu kurang bersahabat. Angin kencang terjadi sepanjang malam. Namun alhamdulilah tidak disertai hujan. Kami pun berencana untuk summit attack ke puncak sekitar pukul set 4 dini hari.

Minggu, 16 Februari 2014
Pukul setengah 4 dini hari alarm sudah berbunyi dan bersahut-sahutan. Namun kami masih belum bangun. Mungkin kami terlalu lelah. Pukul  03.45 aku bangun dan membangunkan teman-teman. Mereka baru bisa dibangunkan pukul 4. Pukul 4 kami bersiap-siap untuk perjalanan ke puncak. Kami hanya membawa makanan ringan serta barang-barang lain yang penting untuk dibawa ke puncak seperti handphone, tab dan spidol serta kertas. Aku sengaja tidak membawa slr dari rumah karena takut slrku kedinginan hehe. Menurut beberapa teman slr sensitif terhadap cuaca di gunung sehingga membutuhkan alat yang harganya mahal untuk mengantisipasi hal tersebut. Dan aku lupa nama alat itu hehe. Kami akhirnya pergi ke puncak pukul 04.30. perjalan ke puncak didominasi oleh pohon edelweiss. Di pos 7 dan 8 masih terdapat pohon-pohon hangus berwarna hitam sisa-sisa kebakaran lalu. Setelah pos 8 track didominasi oleh pasir dan bebatuan. Pada batas vegetasi ada sebuah makam, entah itu makam atau hanya batu nisan. Perjalanan menuju puncak merupakan perjalanan terberat. Aku merasa sangat lelah. Ditambah tidak ada asupan nutrisi karena pada malam sebelum tidur tidak makan karena tidak nafsu makan. Aku pun berjalan sangat perlahan dan terkadang hampir terjatuh karena licinnya pasir. Aku merasa menghambat perjalan karena terlalu banyak istirahat. Disinilah terlihat sekali rasa persahabatan dari kawan-kawanku. Mereka selalu menyemangati, menungguku dan tidak meninggalkanku. Padahal aku selalu mengatakan kepada mereka untuk duluan, tetapi mereka selalu menungguku. Sekitar pukul 7 kami tiba di puncak. Angin di puncak sangat kencang. Kami pun berjalan dengan jongkok untuk menghindari terbawa angin hehe. Karena cuaca yang begitu dingin dan angin kencang, temanku yang bernama Djoko hampir terkena frosbite karena dia tidak menggunakan sarung tangan. Tangannya sudah bengkak dan merah dan sudah baal. Kebiasaan kami ketika mencapai puncak, kami selalu berfoto dengan membawa tulisan.
Setengah mati merindu eh setengah mati menulis
Aku setengah mati untuk menulis karena tangan yang sudah baal dan ditambah angin kencang yang seakan ingin menerbangkan kertas-kertas yang kami bawa. Ansar dan Djoko melakukan sujud syukur ketika tiba di puncak.
Kita sebenernya gasuka selfi tadi ga punya tongsis jaman dlu

Great view masyaallah
Di puncak Slamet terlihat gunung sindoro dan sumbing yang saling berdampingan. Indah sekali pemandangan di atas puncak. Kami tak henti-hentinya mengagumi kekuasaan Allah.
Tangan yang hampir frosbite

Setelah 1 jam lebih berada di puncak kami akhirnya turun. Perjalanan turun tidak seberat naik namun licin dan menyebabkan sering jatuh. Karena takut jatuh aku memutuskan untuk merosot seperti anak TK. Sekitar pukul setengah 10 kami tiba di pos 7 dan memutuskan untuk memasak. Pada pukul set 11 kami mulai packing. Pukul 11.30 kami bersiap untuk turun. Perjalanan turun tidak seberat perjalanan naik. Namun turun sangatlah menyiksa jempol kaki yang menahan tumpuan. Di pos 1 awan hitam mulai turun, sekitar pukul set 4 jarak pandang menurun karena kabut dan awan hitam. Sampai di persimpangan kami salah jalur. Seharusnya tetap lurus kami malah mengambil jalur ke kanan. Jalan semakin curam seperti menuju lembahan, akhirnya setelah berjalan cukup lama kami memutuskan untuk kembali ke persimpangan tadi. Ternyata jalur yang benar adalah jalur yang lurus. Tak lama kami tiba di kebun warga dan hujan turun dengan derassnya. Untung saja kami sudah di kebun warga dan sudah dekat dengan basecamp saat hujan besar turun. Setelah tiba di basecamp kami memesan tempe mendoan di warung depan basecamp dan juga kami memesan nasi goreng untuk pengganjal perut. Sekitar pukul 7 malam Kami pulang bersama anak Jakarta menggunakan mobil carry hingga stasiun. Namun karena jadwal kereta sudah lewat, kami memutuskan untuk naik bis. Sebelumnya kami bingung untuk memutuskan pulang dengan menunggu kereta esok hari atau bis pada malam ini. Diskusi kami cukup alot. Akhirnya kami memutuskan pulang dengan menggunakan bis pada malam itu juga. Kami naik bis Aladin dengan harga 45 ribu hingga terminal Cicaheum. Bis melaju pukul 11 dan tiba di Bandung pukul 5 pagi. Terhitung cepat menggunakan bis Aladin, namun bis tersebut kurang nyaman karena tipe bis ekonomi. Jika ingin naik bis AC kami harus menunggu esok hari karena bis dengan AC pergi pukul 7 pagi.